Menjalani Peran Terbaik

9/06/2020 09:54:00 PM

Menarik ya melihat hidup manusia. Semua tengah berjuang melewati ujiannya masing-masing. Ada yang menghadapi ujian keluarga, istri, suami, anak. Ada yanng menjalani ujian sebagai seorang pejabat, dengan amanah-amanah negeri yang bikin pusing kepala. Ada yang menjalani ujian di garis depan penjajahan Israel. Ada yang menghadapi ujian hidup tanpa pasangan. Ada yang menghadapi ujian kemiskinan. Ada yang menghadapi ujian kelulusan. Dan banyak lagi.


Apapun itu. Hari ini kita tengah berjuang menyelesaikan satu persatu ujian.

Kita memang tak pernah diminta untuk menyelesaikan ujiannya. Tak ada langkah yang benar atau salah, hasil ujiannya hanyalah harus ketaatan yang semakin bertambah.

Nabi Nuh berdakawah 1000 tahun nyaris tanpa hasil, tapi lulus ujian.
Firaun bertahta mengaku Tuhan, tapi mati dalam kekafiran.
Khadijah belum mampu mendampingi Rasulullah hingga masa kejayaan, tapi jadi kesayangan manusia terbaik, teladan setiap insan.
Maryam hidup tanpa pasangan, tapi jadi muslimah terbaik sepanjang zaman.

Sebenarnya mudah saja kalau selalu dekat dengan Allah.

Tapi bisikan setan, membuat kita kerap tak sabaran.
Membuat kita bosan, dan mulai menyalahkan keadaan.
Membuat kita mulai meragukan kekuasaan Allah Sang Penguasa Alam.
Membuat kita mulai jengah dengan segala kebaikan.

Memang sifat manusia, maunya serba instan.
Ia kira, semua yang inginkan harus jadi kenyataan?
Ia kira, semua kehendaknya adalah yang terbaik
Ia kira, hidup bisa semulus jalan tol, yang bebas hambatan.

Maka, tak ada cara melalui kehidupan selain dengan kesabaran dan rasa syukur.

Sabar, menjalani peran-peran terbaik. Di mana pun posisi kita hari ini. Di depan atau di belakang, di atas atau di bawah. Dilupakan atau diingat. Diperjuangkan, atau diabaikan. Kewajiban kita tetap menjalankan peran.

Bersyukur dengan segala nikmat yang Allah beri. Ingat, jumlahnya tidak terhingga, hanya setan yang mampu mengaburkannya dengan secuil kenikmatan yang Allah ambil sementara. 

Syukuri nikmat hidup satu hari lagi.
Sykuri masih bersama-sama dengan dakwah.
Syukuri masih bisa menyebarkan kebaikan.
Syukuri masih memiliki keluarga yang penuh kasih sayang.
Syukuri masih punya kesempatan memperoleh ilmu.
Syukuri masih bisa solat lima waktu.
Syukuri masih bisa menghafalkan Al Quran.
Syukuri masih punya tubuh yang sehat.
Syukuri tidak termasuk sebagian besar raktyat Indonesia yang terdampak corona.
Syukuri masih punya semangat dan harapan mengejar impian.
Syukuri masih punya lingkaran-lingkaran kebaikan.

Lihat? Nikmat apa yang tak Allah berikan untukmu?

Allah masih di sini. 
Allah melihatmu.
Allah menunggumu menjalankan peran terbaik.
Allah ingin melihat keikhlasanmu berdakwah.
Allah ingin melihat prasangkamu atas doa-doa yang masing menggantung di langit.
Allah ingin melihat usahamu, yang mau belajar lebih tinggi lagi.
Allah ingin lihat usahamu, yang mengaku ingin turut jadi sebab kebangkitan Islam.

Maka, jangam bilang bertahan.

Bertahan, untuk mereka yang sudah habis tenaga.

Istiqomahmu masih akan sangat lama. Mungkin 60 tahun lagi, berjanjilah, kau masih akan tetap berjuang, bersabar, bersyukur. Kau masih akan tetap bersama Al Quran, salat-salat malam, dzikir pagi dan petang. Kau masih akan berada dalam lingkaran-lingkaran kebaikan.

Berapa tahun sudah berdakwah hingga hari ini?

Bah! Kau masih seumur jagung. Tak usah teriak-teriak jenuh apalagi "bilang cukup sampai di sini."

Ya, kamu umat terbaik, yang menyeru kepada kebaikan, dan mencegah pada kemungkaran.

Teruslah berlari, bahkan lebih cepat lagi.

You Might Also Like

0 komentar

Instagram