Konsekuensi Maksiat
9/06/2019 01:07:00 PM
Saat berani bermaksiat, tanpa sadar kita tengah membunuh
perlahan hati yang semula jeli melihat. Laku dosa yang semula bikin resah berpeluh
keringat, kini berubah terasa nikmat.
Saat berani bermaksiat, tanpa sadar kita tengah memaksa
seluruh tubuh untuk berkhianat. Padahal sungguh mereka ingin taat. Maka
tunggulah saat anggota tubuh mengajukan banding dalam persidangan akhirat.
Sedang Allah menutup mulut kita rapat.
Saat berani bermaksiat, sejenak kita lupakan pengawasan Dia
Sang Maha Melihat. Juga pendamping setia di kanan dan kiri yang tak pernah
lewat mencatat. "Tak mengapa" kita lalu menenangkan hati dengan berasumsi
masih punya waktu taubat.
Saat berani bermaksiat, Allah akan ambil komoditas paling
berharga manusia yang mati-matian kita usahakan. Mengambilnya perlahan, sedang
kita tak sadar tengah kehilangan. Bukan, bukan mobil, rumah, atau logam mulia
yang kita banggakan. Harganya sungguh tak sebanding dengan kelancangan
berkhianat terang-terangan di dalam kerajaan.
Saat berani bermaksiat, Allah akan ambil hidayah salat malam
kita, lantunan zikir, tilawah atau hafalan Al-Quran. Allah jauhkan kita dari
lingkaran-lingkaran kebaikan. Allah lepaskan genggaman-Nya perlahan, hingga
kita tak sadar tengah tersesat hilang tujuan. Tenggelam dalam dosa kemaksiatan.
Dibutakan setan dalam bayangan semu kenikmatan.
0 komentar