Prasangka
7/29/2018 05:20:00 AMPernah gak pundung sama Allah? Marah? Kecewa? Gagal paham? Atau kesal?
Ada kisah orang yang gak mau salat Jumat karena motornya hilang saat ia jumaatan.
Atau kecewa karena telah rutin salat malam, tapi tak kunjung dapat universitas idaman.
Atau tak mau bersedekah lagi, karna ia justru jatuh miskin setelahnya. "Agh, Rugi!" Dan beragam kisah kecewa lainnya.
Saat kita menjalankan seluruh perintah-Nya, dan hidup kita berjalan sesuai apa yang kita inginkan, mudah untuk kita menerapkan prasangka baik kepada Allah.
Bagaimana kalau sebaliknya? Beribu prasangka akan dihembuskan setan secara konsisten dan presisten.
"Tuh kann...." kompor mulai menyala-menyala! Kita mulai menyalahkan Tuhan. Kita mulai mempertanyakan kebenaran janji-janji-Nya.
"Katanya begini....tapi kok.." rutuk kita dalam hati.
Untuk menghadapi peliknya kasus ini, mari kita belajar pada manusia langit, pemilik hati seluas samudera, dan sebersih pantai yang memutih.
Seorang Kakek tua yang seumur hidupnya selalu beribadah tak juga mendapatkan apa yang ia pinta: buah hatinya.
Walau kesalahan ada pada istrinya (yang mandul), tak pernah ia murka pada belahan jiwanya, apalagi mencari penggantinya.
Lihat bagaimana ia berdoa, "Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu ya Tuhanku..."
Indah sekali bukan? Itu cara ia berdoa, sebelum mengutarakan keinginannya, "Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahiku seorang anak dari sisi-Mu"
Lirih doanya dengan suara yang lembut. Tak ada tersirat sedikit pun rasa kecewa, apalagi menyalahkan penggenggam nyawanya.
Puluhan tahun berdoa, dari muda hingga senja, dari perkasa hingga papa, tak pernah ia kecewa dalam berdoa. Begitu cara ia menggapai rida-Nya: Nabi Zakaria.
Mari belajar pada manusia langit lainnya, yang ditempa badai, halilintar, puting beliung kehidupan.
Ia yang semula hartawan kehilangan semua hartanya, seluruh ternaknya mati. Begitu juga dengan semua anaknya. Ia ditimpa sakit keras, sakit kulit yang menjijikan hingga diasingkan seluruh warga.Hanya istrinya yang setia menjaga.
Dalam derita, iahanya mampu berbaring dan terus berzikir.
Lihat bagaimana ia berdoa, "Ya Tuhanku sungguh aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan yang Maha Penyayang, dari semua yang Penyayang."
Indah sekali bukan? Rasanya bukan seperti doa yang keluar dari mulut seorang manusia yang telah "hancur" segala kehidupan dunianya. Tak ada tersirat kekecewaan apalagi menyalahkan.
Begitu indah, penuh kasih sayang dan cinta kepada Rabb-nya: Nabi Ayyub.
Begitulah, kemudian Allah berikan Nabi Zakaria keturunan dari rahim istrinya yang telah renta. Lalu Allah sembuhkan Nabi Ayyub, mengembalikan seluruh hartanya, dan memperbanyak keturunannya.
Mari belajar pada cara manusia langit bersikap atas segala ujian dan kesulitan yang menimpanya.
Maka bagaimana pun kondisi kita saat ini, pelangi atau badai, tak ada opsi untuk kecewa dan berprasangka buruk pada-Nya.
Maka pilihan tetap taat adalah sikap yang terbaik.
FQ.
*Doa indah Nabi Zakaria dan Nabi Ayyub Allah abadikan dalam Quran surat Maryam ayat 3-5, dan Al-Anbiya ayat 83.
0 komentar