Save Me from Myself

10/18/2017 10:23:00 PM

Ada yang pernah punya pengalaman kayak gini: merasa mampu melakukan suatu hal, tapi justru kamu gagal di sana.

Beberapa kali aku mengalaminya.

Pengalaman pertama, saat mata kuliah komunikasi visual. Mata kuliah kesukaanku. Entah sudah berapa kali aku mengonsep, mendesain, dan  mengaplikasikannya pada berbagai proyek, sebelum mata kuliah tersebut berlangsung.

Aku merasa mampu. Tapi ternyata nilaiku B. Ini amat mengecewakan untukku.

"Mengapa teman-temanku yang baru belajar corel draw dapat A, aku tidak?" begitu tanyaku dalam hati.

Pengalaman kedua, saat mata kuliah JuJuJu: Jurnalistik Cetak-Jurnalistik Radio- Jurnalistik Tv. Semua juga kesukaanku. Membuat majalah, edit suara, edit video, animasi.

Dalam organisasi, bahkan acara pribadi sekali pun, aku selalu jadi orang di belakang kamera dan komputer. Menggunakan kamera, tripod, editing, animasi, bukan lagi barang baru untukku.

Sekali lagi aku merasa mampu.

Namun, siang menjelang hari pengumpulan proyek JuJuJu, komputerku ngadat. Ia tak mampu melakukan render video selama 30 menit. Diulang-gagal. Diulang-gagal!

Tugas kelompok kami tak tepat waktu. Aku kembali dapat nilai B.

Pengalaman ketiga, satu waktu aku sharing di hadapan adik-adik. Aktivitas ini bukan yang pertama untukku. Intensitasnya semakin meningkat saat tingkat empat.

Dan lagi, aku merasa mampu.

Tebak apa yang terjadi? Suasana kacau. Ada yang tertidur, mengobrol, bahkan ke luar ruangan. Aku tak mampu menguasai dan menyampaikan pesan pada peserta. Aku gagal hari itu.

Polanya selalu berulang. Di satu titik aku merasa mampu, di saat itu juga lah Allah buat aku tak mampu.

Aku lupa. Di setiap karya yang selama ini ku buat, sama sekali bukan hasil kehebatanku. Semua atas izin, bantuan, dan kehendak Allah.

Sama sekali bukan aku.

Aku lupa. Di setiap aku mampu berbagi, menyampaikan pesan, dan menguasai audiens, sama sekali bukan kehebatanku. Tapi semua atas uluran tangan dan kuasa Allah.

Sama sekali bukan aku.

Dan coba lihat apa yang terjadi saat aku mengandalkan diriku? semua berantakan. Allah cemburu tak dijadikan satu satunya tempat bersandar.

Maka saat aku melayang, tanda diri yang tak "berisi" nan kopong, Allah langsung menjatuhkanku. Menghantam keras, jatuh tersungkur, menyakitkan.

Seperti Perang Hunain di zaman Rasulullah. Saat pasukan Islam merasa mampu karena jumlah mereka yang banyak. Saat itu juga Allah gagalkan. Barisan pasukan kocar-kacir dikoyak musuh.

Bahkan seorang manusia sempurna, tanpa cela, berakhlak agung pun memohon pada Rabb-nya,

"Ya Allah jangan Engkau serahkan diriku pada diriku walau sekejap," 

lalu aku dengan bodohnya merasa mampu atas kemampuan diriku. O, Allah..save me from myself.


“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada setitik sifat sombong.” (HR Muslim).



#savemefrommyself

You Might Also Like

0 komentar

Instagram