Hakikat Pembicara

9/20/2017 09:59:00 AM

Ada saatnya jadi pembicara dengan gemilang fasilitas.


"Teh kami jemput ya" lalu mobil dingin nan nyaman datang, "Alhamdulillah.." gumamku dalam hati.

"Biaya akomodasi, penginapan, tranportasi pesawat PP, insya Allah kami tanggung semua teh,"

"Teteh ini bingkisan dan oleh-oleh dari kami," sampe susah bawa bingkisan saking banyaknya.

"Teteh butuh fasilitas apa aja?" seorang LO dengan penuh tanggung jawab memenuhi semua kebutuhanku.

Sampai lokasi disambut, diajak ngobrol, ruang tunggu dengan pendingin, lengkap dengan minuman dan makanan.


Namun, ada juga saat kondisi mengharuskan hal yang sebaliknya.


***

Hari itu aku menjadi pembicara di AAW (AlAqsa Awareness Wekk) yang diadakan Smart 171. Materiku membahas tentang Sejarah Palestina.

Hari sebelumnya, seseorang sudah berkata, "Qoon Qoon.. ga usah pake bingkisan lah, irit pengeluaran,"

"hoo siap siaap!" balasku memaklumi, lalu kita tertawa-tawa bersama.

Di hari H, pemateri ini sudah hadir pukul 6.30 pagi. Pasang-pasang spanduk, pameran infografis, beres-beres, plus jaga stand.

Di sela-sela jaga stand Alhamulillah bisa siapin materi. Lalu riri berbaik hati menguji hafalanku tentang tanggal-tanggal penting dalam sejarah Palestina, wkwk..

Hari beranjak siang, pembicara ini juga merangkap sebagai penyemarak pembawa kuis. Teriak-teriak sok heboh dan sok asik di gerlam, wkwk..

Matahari terik menyengat, mukaku mulai merah-merah terbakar, bibirku kering, berminyak, bau matahari.

"Qoon, udah qoon, nanti makin dekil jadi pembicaranya," ucap riri mengingatkan. Wkwkwk..hari itu tak ada pembicara yang bersih, wangi, apalagi pake bedak, dll. 

Tampilanku lebih baik setelah dibasuh air wudu sehabis Asar. Setelah curhat-curhatan sama Allah beres solat asar, dan minta dimudahkan, akhirnya aku ngisi acara juga sore itu.

Alhamdulillah, semua lancar, walaupun masih aja ada yang lupa-lupa wkwk..

Beres ngisi, mic langsung diambil alih sama bu Maimon. Coba lu bayangin, ngisi sejarah Palestina, dengan dosen lulusan Jarusalem Studies di sekitar lo. Grogi coi. Teh imun pake mau nawarin jadi moderator pula -____-

Materi hari itu Alhamdulillah tersampaikan juga. Bu Maimon,berbaik hati mengoreksi dan menambahkan materiku.

"Qoon, tolong dokumetasikan acaranya ya," ujar bu Maimon setalah aku turun panggung. Sedetik, ku sempat berujar dalam hati, "teh aku kan pembicara....." tapi buru-buru ku tepis dan langsung mengambil kamera, "siap teh!" balasku.

Ah, kalau tidak ingat dulu Rasulullah saat perang Khandak mengganjal perutnya dengan 2 batu untuk menahan lapar, saat sahabat yang lain hanya 1 batu.

Kalau tidak ingat, dulu Amirul Mukminin, Umar bin Khattab yang menggendong sendiri karung beras untuk keluarga yang kelaparan pada malam hari.

Kalau tidak ingat dulu, Rasulullah saat hijrah membiarkan sahabatnya menunggangi unta, sedangkan dirinya berjalan kaki.

Sudah kuucapkan kalimat bodoh itu.

Dari pembicara, peranku berubah menjadi juru kamera. Dengan riang gembira menawarkan ukhti-ukhti yang udah heboh banget di depan photo boot, "Teh tolong fotoin teh!" "Teh mau foto sama teh imun!" "Teh mau foto sama brother Ahmad"

yang segera ku jawab, "Siaaap-siaaap!"

Hari beranjak senja. Peran juru kameraku berganti menjadi logistik. Aku berkeliling pungut-pungut sampah. Copot-copot spanduk, beberes pameran, dan sebagainya.

Ah, hari itu luar biasa. Hari itu mengingatkanku tentang hakikat dan tujuan dari "pembicara". Ini bukan soal gengsi, apalagi penghormatan orang lain terhadapmu, ini hanya tentang aku dan Tuhanku.

Tak kurang tak lebih.



Di malam hari, sebuah pesan masuk, "Qoon, ada yang minta kajiannya di post di youtube nih!" yang segera ku balas, "aah, gak! gak! gembel gitu.."

lalu dia membalas, 

"Kalo di-upload, qoon mau ngedit video kajian sendiri? ucet terkocaq 2017. pembicara ngepromoin sendiri, hias-hias acara sendiri, angkat kursi pembicara sendiri, abis ngisi langsung ga kek pembicara- moto-motoin- terus mau ngedit video sendiri? wah daebak!"

You Might Also Like

0 komentar

Instagram