Islam Garis Letoy

6/14/2017 02:30:00 AM

Kalo ada istilah "Islam garis keras" berarti ada "Islam garis letoy" 😂
Kamu termasuk Islam garis apa? wkwk
"apa sih salahnya pemimpin non Islam? toh kerjanya oke kan?"
"Jarang solat sih, tapi tetep baik ke orang-orang kok,"
"Gak papalah riba dikit, gue tetep sedekah"
"Kerudung budaya arab lagi, ga wajib ah,"
dan banyak lagi.
Pasti sering denger kan aturan agama dilobi-lobi? Aturan dinegosiasi? Berasa lebih pinter dari Tuhan kali ya, duh 😂
Ironinya, citra buat segolongan orang, yang berusaha ber-Islam secara sempurna, amat buruk. Seperti, Islam Garis Keras, Fundamentalis, Radikal, Militan, dan hal hal yang terkesan menyeramkan lainnya.
"Njir, kerudung lo panjang bet, biasa aja deh lo jadi muslim, ga usah lebay lebay gitu, nanti dikira teroris,"
Punya pendapat yang sama?
Berati kita harus berteleportasi ke dua abad yang lalu. Siap?
Here we go!
***
Waktu itu abad ke-19, Dinasti Islam, Ottoman masih berada di puncak kejayaan sejak 300 tahun yang lalu. Sebuah Imperium impian seluruh dunia.
Namun, hukum di bumi tetap berlaku. Jika ada seseorang menduduki posisi tertinggi, maka sekelilingnya selalu mencari beribu cara untuk menjatuhkannya.
"Jatuh! jatuh! mereka harus jatuh!" begitu tekad mereka dalam hati.
Beratus ratus tahun Eropa mendelik dengan sinis pada baginda Ottoman yang bertahta. Kesal sudah dipermalukan beratus tahun saat Perang salib.
Mereka lalu merumuskan beribu strategi tanpa kenal putus asa. gagal, coba lagi. gagal, coba lagi. Ratusan tahun!
Hingga pada 1882, mereka akhirnya menemukan juga rumusnya:
"Selama kaum muslim menanamkan AlQuran dalam hati mereka, kita tidak bisa mengalahkan mereka. Kita harus mengambilnya dan menjauhkan Alquran dari mereka. Buat mereka kehilangan rasa cinta kepada Alquran" ujar Perdana Menteri Inggris, William Ewart Gladstone, yang tertulis dalam sebuah surat kabar.
Ah jelas betul, mereka sama sekali tidak main-main bukan?
Wabah sekuler menjangkit. Agama dikerdilkan jadi tentang urusan Masjid dan beribadah. "Pendidikan, ekonomi, politik, sosial? Duh, kami punya ilmu dari barat yang lebih keren untuk itu," ujar pemuda pemudi saat itu.
Strategi pertama dijalankan.
1915, negosiator ulung Inggris Sir Mark Skyes, dan rekan Prancisnya Farancois Georges Picot, berhasil menggolkan "bagi bagi kue jajahan" Dinasti Ottoman pada para aktor Eropa.
Dengan dalih, "Yerusalem akan menjadi wilayah Internasional," Perjanjian ini disepakati.
Adil bukan bagi ketiga imperium yang telah berjuang menguasai Yerusalem selama 70 tahun terakhir?
Strategi kedua.
Dua tahun kemudian, Menlu Inggris, Arthur James Balfour, koar-koar mendukung pendirian Negara Yahudi di Palestina, dengan dalih tetap menghormati hak-hak beragama non Yahudi.
Deklarasi ini ibarat gongnya.
BOOM!
Imigrasi besar-besaran terjadi. Puluhan ribu Yahudi masuk ke Palestina. Puluhan ribu hektar tanah Palestina tergadai.
"Yaudalah, gak papa, toh gak akan mengganggu hak hak kita."
"Yaudalah, selow aja jual tanah ke mereka, kita butuh duit kali,"
"Yaudalah, aturan ekonomi politik berubah-rubah dikit, bagus juga kok,"
Selow..
Beribu lobi dan negosiasi aturan agama dilakukan, persis seperti hari ini bukan?
Apa yang terjadi? Palestina akhirnya resmi terjajah pada 1948. Negara Israel berdiri. Luas tanah Palestina menyusut hingga 10% sampai saat ini.
Warganya? eksodus, pelanggaran HAM, genosida, hancur lebur.
Perjanjian damai? Puluhan kali dilakukan, berakhir jadi omong kosong.
Ucapkan selamat tinggal pada Ottoman yang bertahta gagah selama ratusan tahun. Ia dikeroposkan hingga hancur tak berbentuk.
Hari ini, sudah 69 tahun berlalu, Palestina belum juga mampu merdeka. Ah, tanah suci kita yang malang.. dulu di sana, Nabi Muhammad pernah mengimami ratusan ribu Nabi dan Rasul. Ingat?
Jika saja generasi abad 19 ditanya perihal sikap woles mereka dahulu, tentu hanya penyesalan tak berujung yang keluar dari bibir mereka.
"Andai waktu bisa diulang, aku amat menyesal sungguh melakukannya," mungkin begitu ucapnya, mengutuki diri sendiri.
***
Walau terlihat seru, ini bukan kisah fiksi dalam novel. Ini sungguh terjadi. Banyak tinjauan sejarah yang mengulasnya.
"Islam Garis Letoy" ternyata jadi rumus sakti menghacurkan Ottoman 93 tahun lalu. Menghancurkan kejayaan Islam yang bertahta hampir 500 tahun lamanya.
"Islam Garis Letoy" tidak main-main.
Maka marilah kita ganti ungkapan, Islam Garis Keras, radikal, atau militan, menjadi mereka yang berusaha menjaga kecintaan AlQuran dalam hatinya, mereka yang mencintai Allah dan Rasulnya, mereka yang berusaha ber-Islam secara sempurna.
Mereka yang sepantasnya membuat iri dan cemburu pada yang belum mampu, bukan tatapan sinis dan antipati yang melukai hati.
"Islam Garis Letoy"
Jatinangor, 2 April 2017
Qoon yang masih letoy 😢
sumber:
-Jerusalem The Biography, Simon Sebag M.
-Jerusalem In History, K.J. Asali
-Skripsinya Qoon yang tak kunjung rampung, wk 😂

You Might Also Like

0 komentar

Instagram