Personal Branding

6/14/2017 02:28:00 AM

Di jagad semesta hitsnya media sosial, tiap orang berlomba-lomba menciptakan personal branding sebaik mungkin.
Mungkin kamu salah satunya? atau juga aku? wkwk 😂
Personal branding mutlak dibutuhkan, terutama bagi para pemimpin. Maka, Ridwan Kamil bisa jadi contoh sukses pemimpin yang punya citra baik di masyarakat lewat media sosialnya.
Berawal dari kicauannya di twitter yang rame banget, padahal tentang #jomblo sampe #tetot yang berhasil jadi judul buku. Hingga kini jadi selebgram, walaupun isinya banyak mengumbar...eumm...kemesraan yang rada al*y (menurutku) dengan si cinta.
Melihat kesuksesan RK ditambah bujuk rayu seleb yutubers, sang anak, sepertinya Jokowi juga tak mau kalah. Presiden RI ketujuh ini ikutan hits dengan vlog-nya. Namun, entah mengapa vlog terakhirnya dengan Raja Salman justru menuai respon negatif. Serba salah jadi presiden teh...yang sabar yaah pak :""")
Omong-omong personal branding, dahulu ada pemimpin yang punya personal branding amat kuat.
Saking kuatnya, lewat hembusan namanya saja, ia mampu membuat musuh kocar-kacir. Namanya bagai hembusan angin dingin nan angker. Menebar kengerian dan ketakutan yang menggetarkan hati musuh.
Lewat suratnya saja, Ia mampu membuat satu pasukan melengking ketakutan hingga memekakakkan telinga. Membuat hati siapa pun jadi ciut. Panik. Tercerai berai.
Citranya yang melegenda bahkan membuat musuh hilang akal, "Demi Allah, apakah Allah menurunkan pedang dari langit dan memberikannya kepadamu sehingga setiap kali engkau hunuskan pedang itu, pasti engkau mengalahkan mereka?"
Lihat, lihat..
Hanya lewat kekuatan branding, paling tidak pemimpin ini telah mampu memenangkan perang psikologis melawan musuhnya.
Berbagai zaman berganti, citranya tak satu senti pun memudar. Kerennya, pemimpin ini mampu mem-branding diri dengan baik, bahkan tanpa menggunakan media sosial.
Kok bisa? Caranya? Nah, mari kita belajar pada ahlinya.
Branding yang melekat pada dirinya seputar, panglima, komandan perang, militer, pemberani, dan cerdas. Proses branding ini ia bangun seumur hidupnya. Maka hingga saat-saat terakhir, ia torehkan catatan sejarah yang gemilang dalam dunia militer Islam.
Ini terlihat jelas, dari tiap jengkal tubuhnya yang tak lepas dari luka akibat peperangan. Terlihat jelas dari air matanya yang berlinang karena tak rela mati di pembaringan.
"Aku telah mengikuti pertempuran ini dan itu. Namun, sekarang aku meninggal di atas pembaringan seperti orang-orang meninggal." ucapnya sambil merindu desing pedang yang memburu.
Kalau ada panglima perang Islam yang tak pernah kalah maka ia adalah orangnya. Jenderal tertinggi yang dicopot gelarnya karena, "Aku tak mau umat Islam mengagungkanmu melebihi keagungan Allah. Hanya kepada Allah lah tempat berharap dan bergantung." ucap sang Amirul Mukminin, Umar bin Khattab.
Ia dipecat karena terlalu keren. Kalau ada ungkapan, "aku gak bisa nerima kamu, karena kamu terlalu baik," rasanya hanya ia yang pantas menerimanya. wkwk 😂
Citra militernya ia bangun bahkan sebelum ber-Islam.
Kalian ingat kisah perang Uhud yang membuat kaum muslim kocar kacir saat mengambil harta rampasan perang? Nah, itu idenya. Ia yang mampu melihat peluang dalam kesempitan. Ia yang tetap maju saat yang lain mundur.
Bahkan di saat pengalaman pertamanya berperang bersama kaum Muslim, anak bawang ini telah menjadi panglima. Ia maju setelah tiga panglima perang Mu'tah sebumnya, Zaid, Ja'far, dan Abdullah gugur. Lewat strategi cerdasnya membolak-balik posisi pasukan, ia mampu mengibarkan tinggi-tinggi panji Islam.
"Sembilan pedang patah di tanganku, yang tersisa hanyalah sebilah pedang buatan Yaman," begitu gambaran kedahsyatan perang Mu'tah.
Ia juga jagoan umat Islam saat tanah Arab berguncang, sepeninggalan Nabi Muhammad SAW. Ketika banyak suku kembali murtad, ia selalu maju di barisan terdepan. Menyelesaikan satu demi satu para pembangkang dengan pedang. Merekatkan dan menguatkan kembali seluruh umat Islam.
Ia jugalah sang panglima pembuka kunci Persia di Irak bersama 18 ribu pasukannya.
"Wahai orang-orang Quraisy, singa kalian telah menyerang singa Persia sehingga berhasil mencabik-cabik dagingnya. Sungguh, kaum perempuan tidak mampu melahirkan orang sepertinya," begitu pidato Abu Bakar memuji kehebatannya.
Dan catatan paling gemilang ia torehkan saat bertempur dengan pasukan Romawi dalam perang Yarmuk.
40 ribu kaum muslim melawan 200 ribu pasukan Romawi dengan persenjataan paling mutakhir di zamannya. Sudah tiga bulan pasukan ini berhadapan tapi tidak saling serang. Sebuah lembah menjadi parit pembatas kedua pihak.
Di satu sisi, kaum muslimin takut dengan banyaknya jumlah dan lengkapnya alat tempur pasukan. Di sisi lain, pasukan Romawi juga takut akan musuh mereka yang terkenal tak terkalahkan.
Melihat hal ini, Abu Bakar ambil sikap. Siapa lagi yang paling tepat untuk memimpin peperangan kalau bukan sang legenda militer itu.
Maka berangkat lah ia bersama pasukannya menuju Syam. Bahkan sebelum berperang, mereka lebih dulu melalui petualangan gila.
Agar cepat sampai dan tidak diketahui musuh, mereka memilih jalan pitas. Jalur ini terkenal dengan nama jalur kebinasaan. Jalur ini mampu memperpendek seperlima jarak. Namun, kondisinya amat gersang, berbahaya, tanpa sumber air sedikit pun.
Saat ini jalur tersebut mejadi jalan raya penghubung antara Damaskus dan Baghdad. Ditempuh 20 jam dengan mobil berikut istirahat. Namun, pada 12 hijriah, ia dan pasukannya mampu menempuhnya dalam waktu lima hari. Itulah padang pasir Badiyat.
Kelelahan akibat perjalanan ekstrem tak membuatnya surut walau selangkah. Setiba di medan pertempuran, langkah pertama yang ia lakukan adalah menguatkan mental kaum muslimin,
"Katakan lah betapa sedikitnya tentara Romawi, dan betapa banyaknya pasukan muslim. Pasukan itu makin banyak dengan pertolongan Allah dan sedikit dengan sikap pengecut. Yakinlah bahwa mereka lemah meski jumlah mereka banyak!" Ucapnya lantang di hadapan 40 ribu pasukan.
Keimanannya membius seluruh pasukan. Mengubah ketakutan menjadi kekuatan ampuh paling mematikan. Ia dan pasukannya merangsek maju dengan bringas. Maka di antara desingan pedang, kepulan debu kuda yang berlari, ribuan anak panah yang melesat, ia dan pasukannya mampu merobek-robek pertahanan lawan.
Pasukan Romawi terpecah belah, berlarian tak tentu arah. Hingga 120 ribu diantaranya berjatuhan ke dalam lembah Waqushah karena terdesak kaum muslimin.
Sang Legenda kembali menorehkan kemenangan.
Siapakah sang legenda militer itu? Ialah Khalid bin Walid yang Rasulullah berikan gelar 'Pedang Allah yang terhunus'.
Ternyata begitu caranya menciptakan personal branding yang kuat. Ia bangun dengan mengetahui peran terbaiknya untuk Islam. Lalu memerankannya hanya untuk membela agama Allah. Hanya ingin meraih cinta dan Surga Allah semata.
Ratusan pertempuran, limpahan harta rampasan, jabatan tinggi, tak pernah membuatnya sedikitpun menginginkan kehidupan dunia. Bahkan hingga akhir hayat ia meninggal dalam kesederhanaan.
Karena hatinya yang melangit itu lah, Allah berikan kemuliaan dan kekuatan padanya.
Sekarang giliran kita. Peran terbaik apa yang akan kita mainkan? apa yang akan kita persembahkan untuk-Nya?
Yak!
Selamat menciptakan personal branding yang melegenda!


sumber: Khalid bin Walid Sang Legenda Militer Islam karya Shadiq Ibrahim Argoun

You Might Also Like

0 komentar

Instagram