Tanpa Batas

2/12/2017 01:39:00 PM

"AAARRRGGHHH!!!!" teriakku dari bangku tribun paling atas.
Mei menutup kuping erat, "Hentikan April! Lama-lama teriakanmu bisa menaklukkan naga!"
"AAAAAAAARRGGHHH!!!!"" Kali ini ku berteriak lebih panjang. Rasanya tenagaku hampir habis. Aku terengah-engah, kehabisan napas.
"Semua ini membuatku gila Mei! Kau tidak tahu rasanya hamil tujuh bulan! perutku makin buncit! Semua orang mengolok-olokku Mei! jijik, rendah, hina!" aku muntab.
"Aku tidak mengolokmu April.." ucap Mei santai. Menyebalkan sekali dia.
Ia duduk di depanku, membelakangiku sambil memandangi matahari yang mengintip dari gunung geulis.
"AAARRRRGGGHHH!!!!!" Teriakanku yang ketiga. Aku makin kesal.
Mei tertawa. Aku mulai menangis.
"Kau pernah bayangkan hidup dari tahun 1067 sampai 2017 April?" tanya Mei.
Aku terisak. sesekali menyedot ingus. Kenapa sih kawanku ini suka bertanya yang aneh aneh.
"gak" jawabku tak peduli.
"Itu berarti kau hidup sejak awal Perang Salib berlangsung, Saladin, Sulaiman, Ottoman, Perang Dunia 1 dan 2, hingga sekarang April! HAHA! Berapa rezim berganti, kau masih hidup! gila!" Mei tertawa-tawa sendiri di depanku geli.
Aku masih terisak.
"Itu lama sekali bukan?" tanyanya sambil menoleh ke arahku dengan cepat.
Aku mengangguk. Pasrah dengan kelakuan gilanya.
"Kau tahu April, di bumi ini pernah ada manusia yang hidup selama itu.." Mei mengangkat-ngangkat alis sok serius. Mendekatkan wajahnya padaku secara perlahan.
"Umurnya 950 tahun! Setiap hari kerjaannya menyuruh orang menyembah Allah, tapi hingga akhir hayat, pengikutnya hanya 80 orang!" Ucap Mei sambil memainkan intonasi naik turun, dengan mata disipit-sipitkan.
"Selama itu!! 950 tahun ditolak, dihujat, dihina, dianggap gila, jutaan, mungkin milyaran kali! Manusia macam apa yang mampu hidup seperti itu!" Intonasi Mei meninggi. Kali ini ia berdiri dan duduk disampingku.
"Kau baru dicampakkan sekali saja sudah mewek!" lanjut Mei.
Aku buang muka.
"Kau tahu organ paling canggih dalam tubuh manusia April?" tanyanya lagi
Aku menggeleng sambil terisak. Kenapa aku selalu tampak bodoh di dekatnya.
"Kau pasti tidak tahu kan? Apa sih yang kau tau April!?" lanjut Mei.
Sekarang dia meledekku. "Huaaaa..." tangisanku makin kencang.
"Jawabannya hati." kalimat Mei menggantung. Menatapku yang masih menangis sambil tersenyum.
"Hati itu keren sekali. Bentuknya abstrak, ukurannya kecil, tapi kapasitasnya tak terbatas!" Papar Mei semangat.
"Tanpa batas April! Unlimited! jangan tahu kuotamu saja yang unlimited, hati juga, Bahaha!" lanjut Mei sambil menyenggol bahuku pelan.
Aku cemberut.
"Buktinya ada manusia yang sanggup hidup sesabar itu. Pasti luas hatinya tanpa batas April,"
"Hanya saja, manusia kerap tidak memaksimalkan seluruh kapasitas hati. Padahal hati Allah ciptakan untuk selalu bisa bersabar sampai kapan pun. Tanpa batas!"
"Keren sekali kan hati itu?" ucap Mei mengakhiri penjelasannya sambil menoleh kearahku.
Ceritanya yang panjang membuatku berhenti menangis. "Lalu kenapa ada orang gila Mei?" tanyaku.
"Ah, dengan satu syarat April. Kau harus selalu mendekatkan hatimu dengan Sang Pencipta." Ucapnya sambil mengacungkan jari telunjuk ke atas.
Mei terdiam beberapa saat.
"Seperti kuotamu itu. Sekosong apapun, akan selalu penuh terisi jika dekat dengan Juragan Pulsa, Unlimited! Hahaha!" Mei berkelakar.
Lawakan recehnya kali ini, akhirnya mampu membuatku tertawa.
"Jadi kau harus kuat! baru 7 bulan dicemooh, belum 950 tahun! Ingat kapasitas hatimu tak terbatas! Allah yang tahu kamu sudah bertaubat. Mereka tidak."
Ah Mei memang sahabat terbaik. Mataku berbinar. Senyumku mengembang penuh. Aku tarik napas dalam-dalam dan....
"YAA BENAARR MEIII!! TERIMA KASSIIH!" aku berteriak sambil memeluk Mei erat.
"Hihi, cepat lahir bayyyiii.." ucap Mei sambil mengelus perutku.

You Might Also Like

0 komentar

Instagram