Ekonomi Libido

11/04/2016 11:50:00 PM

New York 1920, tercatat pernah memiliki undang-undang pelarangan minuman beralkohol. New York dulu, tercatat pernah melindungi tubuh wanita dari pengeksploitasian yang amoral.

Lalu New York sekarang?

Semua orang juga tau, kata "kekebasan" sangat dijunjung tinggi, hingga liar tak terkendali.

Hal yang sama rasanya sedang terjadi di Indonesia. Negara dengan populasi muslim terbesar di dunia ini, tengah terkikis moralitas dan norma-norma kesopanannya.
"Jaman saya muda dulu, wanita yang keluar rumah mengenakan rok mini sudah bisa dipastikan seorang pelacur." ujar seorang wanita 50 tahun. Sekarang? dianggap wajar dan biasa. "Ini kan fashion!" kata mereka santai.

Kita sadari atau tidak, dari zaman ke zaman moralitas kian menurun tajam. Hal yang semula dianggap tabu, bikin malu, dilakukan sembunyi-sembunyi, sekarang dilakukan dengan bebas, santai, biasa saja.

Para pelaku industri punya bahan jualan baru. Namanya Ekonomi Libido. Pasar pria yang memiliki libido tidak terkendali rupanya sangat besar. Sebuah, peluang industri yang sangat menguntungkan bukan?

Tubuh wanita laku keras. Dipuja, dijadikan simbol berbagai makna. Dianggap punya pesona. Menimbulkan hasrat bagi pria.

Sang wanita bangga bukan main. Merasa indah rupawan, padahal tak sadar sedang dilecehkan. Ironinya, wanita lainnya (yang beruntung) malah berjuang keras agar tubuhnya dapat masuk dalam pusaran Ekonomi Libido.

Miris! Pelecehan terhadap wanita terjadi dimana-mana.

Mengapa ini terjadi? Ada apa dengan dunia? Siapa yang melakukannya?

Dear girls, there's someone on mission behind you!

#CROWN
Because you are worth it!

#asktehjasmine
be #PowerfulMuslimah

Sumber:
https://googleweblight.com/?lite_url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Amerika_Serikat&ei=6rZ0RVJu&lc=en-ID&s=1&m=997&host=www.google.co.id&ts=1472540639&sig=AKOVD67fz_3v1K-jYL2K0EKgE2iGCiRt5A

Analisis Teks Media karya Alex Sobur.

You Might Also Like

0 komentar

Instagram