Tentang Semangat
1/17/2014 09:17:00 PM
Menyenangkan melihat orang berlari, terburu-buru, berwajah
panik, fokus, penuh ambisi. Akhir-akhir ini aku jadi sering berlari, nafas tak
beraturan, degup jantung memburu, langkahku besar dan cepat, pikiran hanya
satu, fokus: mengumpulkan tugas tepat pada waktunya. Detik itu juga, setelah
tugas berpindah tangan pada bapak/ibu dosen, semua rasa tadi berganti, lenyap,
tak berbekas.
Lega.
Aku senang melihat orang berlari kalang kabut. Aku
melihatnya sebagai seorang manusia yang dipenuhi rasa semangat, bergelora. Aku
tahu sekali rasanya dikejar-kejar deadline
seperti itu, pemandangan itu membuatku selalu tersenyum, saat aku tengah duduk
santai, sementara orang lain berlari-lari demi mengumpulkan tugas dengan muka
panik dan napas tak beraturan. “AYO SEMANGAT! SEMANGAT!” aku suka meneriakkan
itu pada teman-teman yang tengah berjuang mengumpulkan tugasnya. Deadliners, mungkin kata yang tepat
disematkan pada sebagian anak Jurnal. Lelah memang, tetapi selalu diakhiri
dengan tawa.
Deadline yang
mepet itu kejam sekali kawan, tapi tahukah ada yang lebih berbahaya dari deadline yang tinggal lima menit sekali
pun? Waktu itu aku sudah sangat lelah, lelah
hati dan pikiran tepatnya, padahal tugasnya hanya membuat essay dua halaman,
dan aku masih punya dua jam untuk mengerjakannya. Waktu yang sangat cukup,
tetapi tak ada gunanya. Aku sudah lelah dengan semua tugas jadi tidak
kukerjakan. Teman-teman hanya bisa terheran-heran, melihat aku santai-santai
dan malah tidur di kosan, padahal itu tugas akhir.
“Qoon gak ngerjain essay?” lalu
hanya aku jawab dengan enteng
“Gak ah, udah capek.”
Dari kejadian itu aku sadar: deadline semepet apapun bukan musuh terbesar seorang mahasiswa
Jurnal. Ada yang lebih berbahaya, yaitu hilangnya semangat. Kalau sudah hilang,
mati sudah.
Penting sekali sesuatu bernama semangat itu.
Aku ingat pertama kali saat menapakkan kaki di Averous,
kosanku tercinta itu. Tidak seperti mahasiswa baru lainnya yang menganggap kehidupan kosan ini merenggut masa mudanya, aku senang sekali
akhirnya jadi anak kost. Aku ingat waktu itu berlari-lari penuh semangat
menaiki tangga menuju kamarku, sambil berteriak dalam hati, dengan mata
berbinar, dan senyum mengembang, YEEE ini
tempat aku mewujudkan mimpi sampe lima tahun kedepaaan! Gak bener emang
niat dari awal aku masuk kuliah aja udah mau lulus telat, ahahahha.. tapi memang
sudah aku rencanakan seperti itu dari SMA karena mau mengikuti kegiatan ini dan
itu.
Ingat semester tiga, ingat tugas. Hidupku rasanya selalu
tertimbun tugas-tugas. Diselesaikan-datang lagi-diselesaikan-datang lagi. Mati
satu tumbuh seribu. Rasanya seperti tidak berkesudahan. Satu persatu
teman-teman berubah menjadi zombie, kantung mata terbentuk, wajah pucat,
sekeliling mata menghitam. Hanya semangat yang terus dijaga yang mampu
membuatku menyelesaikan tugas-tugas itu. Karton emas berisi ratusan mimpi, peta
dunia, dan peta Indonesia, ampuh sekali untuk membuatku terus semangat. Kalau
sudah sangat penat, biasanya aku berolahraga, berlari! Lari itu melepas segala
rasa.
Dalam setiap ayunan kaki, dalam setiap derap langkah, dalam setiap ayunan
tangan, dalam setiap semilir angin yang menghempas tubuh, rasanya semua rasa
lelah pikiran dan hati berguguran. Hilang aku tinggal berlari, semakin jauh dan
jauh. Sesibuk apapun, selalu aku sempatkan untuk berlari. Kuliah pukul 07.30
pun, aku masih sempat lari pagi. Selain untuk melepas segala rasa, lari ini
ampuh sekali menjaga kesehatan. Alhamdulillah selama semester tiga ini tidak
pernah sakit!
Penjaga semangat lainnya ialah: mendesain, edit video, dan
naik gunung. Tiga aktivitas itu selalu menjadi motivasi untuk menyelesaikan
tugas-tugas dengan cepat. Aku sering membuat perjanjian dengan diriku sendiri :
Pokoknya gak boleh edit video/ gak boleh desain/
gak boleh naik gunung sebelum semua tugas beres! Kalau sudah begitu aku
punya semangat 45 untuk menyelesaikan tugas-tugas itu.
Di semester tiga ini aku belajar pentingnya menjaga semangat, pentingnya menjaga mimpi-mimpi agar tetap menggelora di dalam hati, agar tetap menjadi motor penggerak kehidupan.
Intinya, lakukan apapun untuk menjaga si semangat, yang maha penting ini!
Tidak seperti di semester dua yang penuh air mata karena
kena saraf jepit dan benda-benda yang menghilang (Hahaa lebay!), di semester
ini aku menemukan banyak sekali hikmah atas kejadian-kejadian itu. Semakin lama
semakin banyak aku temukan hikmahnya. Banyak sekali! Tidak lain dan tidak bukan
karena Allah masih sayang, masih menjaga,
dan masih peduli sama hidupku. Allah masih bersedia membimbingku, saat aku
bandel dan membelok Allah masih mau meluruskan. Betapa Ia Maha Pemurah, Alhamdulillah..
Di semester tiga ini juga, akhirnya aku resmi menjadi anak
Jurnalistik. Tiga hari, rangkaian terakhir OJ (Orientasi Jurnalistik) adalah
satu-satunya kegiatan yang mampu membuat aku sakit. Entah, tapi aku merasa
sangat lelah, lebih lelah dari pulang mendaki Gunung Ciremai.
Akhirnya jadi jurnal jurnil |
Banyak rencana-rencana yang sudah aku susun untuk semester
empat. Pasti akan lebih menyenangkan! Hop hop! Semangat terooos!
Karena masa mudamu sangat berarti, dan tidak akan kembali.
Sampai jumpa di semester empat!
Aku gak kuat nahan semua tugas-tugas ini berkeliaran di kepala, harus di breakdown kaya gini, biar gak ada yang kelupaan |
Makin mencintai desain mendesain, wuhuuu :* |
Terima kasih banyak kepada Allah, keluarga, dan teman-teman yang sudah mengisi semester tiga ku ini dengan sangat indah! :D love youuuu :*
0 komentar