A Life Without a Risk is a Life Unlived

11/09/2013 12:15:00 AM

Klik untuk Video Ciremai 3078

Banyak banget judul bergentayang di kepalaku waktu malam sabtu tanggal 11 Oktober: Harus mengerjakan T8 dan T9 tugas OJ, packing buat ke Ciremai, janji mau ke closing Forsi sama Eci dan teh Anggun, desain baliho SPMI, janji ambil kompor gas di Sekre BEM, dan beli logistik buat ke Ciremai. Semuanya harus malam selesai malam itu! Jadilah sebelum muncak Ciremai, tingkat kesetresan aku udah memuncak duluan, mau liburan ke Ciremai aja, banyak banget halangannya!

Semangat! Semangat! demi Ciremaaai! :D


Malam itu berlalu juga, aku baru tidur jam 2.00, batalin janji closing Forsi, T8 beres, packing beres,  dan T9 baru 20 persen. Aku bangun dengan perasaan panik, bingung dan resah. Deadlinennya tanggal 13 Oktober, sedangkan hari itu aku pasti sedang di tengah-tengah hutan belantara, artinya tugas T9 ini harus selesai hari ini. Sementara itu sabtu pagi sampai siang ada rapat BKI Explore, jadilah aku uring-uringan di musola Averous di depan laptop bersama tiga buku yang harus diapresiasi.
Qoon : Teh Seylaaaaa gimana nih tugas OJ aku, belom selesaai, huueeee :''(
Sey : Yaudah kumpulin aja seadanya
Qoon : Kumaha, ini aja apresiasinya baru dua baris, aaarghh..
Sey : kirain udah selembar gitu -_-
Qoon : Apa aku gak usah ke Ciremai ya? aaaah gak mau, enak aja :(

tiba-tiba Nabila dateng
Qoon : Naaaaaaaaab, bantuin tugas Oj guee
Nab : Heegh dasar -_-
Qoon : Nanti aku kerjain T10 kamu deh, janji, ini gak mungkin selesai, jam 12 udah berangkat
Nab : Yaudah siniii
Qoon : HYEEEEEEEEE, makasi naab, makaaaasi banget :'')

Subhanallah, temen aku, Rizky Nabila Hasibuan yang super akhwat akut ini mau mengerjakan tugas OJ T9 aku! Baik banget lah diaaaa, *kame-kame HUG!*

Setelah rapat BKI Explore selesai, dengan tenang aku bisa berangkat menuju Ciremai.
"AkhwaTraveler mau muncak Ciremai dulu yaaa! doain biar selamat dan sehat" Pamitku kepada peserta rapat hari itu. Aku berkumpul di Sekre BEM. Sedihnya temen deket aku semuanya gak ada yang bisa ikut: Dian, Eci, teh Vivin, dan teh Kiki.

Seperti biasa, dengan kemampuan sok kenal sok deket aku berkenalan dengan peserta lain. Teman mendakiku kali ini jumlahnya 16 orang : Tari, Anggi, Siti, Fathiya, Ela, Nia, Rani, Hadiyan, Aziz, Zunarto, Ryan, Abu, Dadieh, dan Yudi. Ternyata mereka masih packing cari barang ini-itu ke sana-kemari, ada yang ngambek sambil uring-uringan lah, ada yang galau mau ikut atau enggak, alhasil kami baru berangkat pukul 15.00. Tau gitu aku kan bisa nugas dulu, errrr -_-

Perjalananku kali ini, dicemari dengan opini temen-temen yang bilang keril aku berat banget.
"Keril lo kok berat banget, nih coba angkat keril gue, enteng kan?"
"Kok keril kamu padet banget, bawa apa aja sih?"
"Qoonit, bisa bawa kerilnya gak?beneran?"
bahkan semenjak masih di kosan udah ada yang bilang
"Berat banget qoon, bagi-bagi nih logistiknya sama yang cowok"

Semuanya aku jawab dengan
Bisa kok bisa! kan Akhwat Traveler jadi harus strong! dengan gaya super sotoy.

Aagh, kalian menjatuhkan psikologis aku, padahal dari kamar, berkali-kali aku bilang ke diri aku kalo keril ini gak berat, padahal di Palawa aku bawa 5lt bisa-bisa aja =.= Ayolah, semangati aku saja!
16 orang minus kang Azis yang termasuk dalam Tim Pendaki Ciremai. Dari kiri ke kanan: Abu-Iwan-Hadiyan-Qoonit-Yudi-Fathiya-Tari-Anggie-Dadieh-Nia-Ela-Siti-Rani-Ryan-Zu-Fikri. (Foto oleh Mament)
Setelah berdoa dan briefing kami berangkat menuju Kuningan menggunakkan Bus Bineka, Rp50.000. Saat menunggu bus, ada dua anak jurnal12 yang mewawancarai kang Hadiyan mengenai Pendakian Bersama ini. Huakakakak.. kalian masih ngerjain tugas? aku udah hepi-hepi di sini, ulalala~

Karena Hari Sabtu dan sore hari, bus penuh sehingga kami harus berdiri. Perjalanan di bus ini dihibur sama kang Aziz yang entah udah berapa album nyanyi. Aku sama teh Fathiya cuma bisa ketawa-tawa denger kang Aziz nyanyi lagu galau dan sok-sok-an profesional.

Pukul 19.30 kami tiba di Kuningan. Salat, isi perut dengan Ayam Goreng, lalu bersiap menuju Pos 0 dengan angkot yang sudah dicarikan kang Dadieh. 15 orang masuk angkot, 2 orang gelantungan di pintu, atap angkot penuh dengan tumpukan keril-keril. Mantaaap! :D

Sampailah kami di Resort Ciremai! Tempatnya tidak se-keren namanya, hanya ruangan seluas 4x6 meter dengan dua sofa. Kami mengeluarkan sleeping bag dan matras lalu beristirahat.

Pagi menjelang, berkabut, lupakan sunrise yang indah. Setelah salat subuh, makan roti, dan packing ulang kami memulai penanjakkan.

Kami menggunakan Jalur Palutungan, pos-pos yang harus kami lalui : Cigowong- Kuta- Pangguyangan Badak- Arban- Tanjakan Asoy- Pasanggrahan- Sanghiyang Rapoh- Goa Walet- Puncak

Terasa masih sangat jauh untuk sampai puncak, tapi esensi dari petualangan kan dari mulai kosan sampai kosan lagi, jadi ayo kita nikmati semua perjalanan ini. Sebelum kembali pada tugas-tugas Oj..ojjj *keselek*

Palutungan-Cigowong

Perjalanan di awali dengan hamparan kebun-kebun warga dan bayang-bayang Gunung Ciremai yang tertutup awan. Trek relatif landai, selanjutnya kami memasuki hutan pinus, jalanan semakin menanjak. Rasa lelah yang mulai menghinggap terobati dengan udara pagi yang sejuk, berkas-berkas sinar matahari yang masuk melewati sela Pohon Pinus, suara kicauan burung, dan keindahan hutan-hutan pinus. Bersama teman-teman lain dengan kerilnya, obrolan ringan, dan nyanyian yang fals tetapi tetap menghibur, semua menjadi sweet moment yang tidak terlupakan.

Di antara lebatnya hutan, terlihatlah sebuah pondok keci dari kayu, yang bertuliskan "Cigowong". Huaaa akhirnya tiba di pos pertama! :D di pos ini kami masak mie instan, ini jangan dicontoh, gak bener untuk sarapan dan menyeduh minuman hangat.

Kompan-kompan diisi di Sungai Cigowong, satu-satunya sumber air di Gunung Ciremai ini.
"Perjalanan selanjutnya akan lebih menantang, kecuraman berkisar 45-70 derajat" papar kang Hadiyan dalam briefing singkat sebelum memulai petualangan kembali.

Cigowong-Kuta

Benar saja, trek terjal menyapa kami. Keringat mengucur deras, nafas harus pintar-pintar diatur. Setiap langkah kaki harus difikirkan, berikan hentakan kuat pada setiap langkah, cari pegangan untuk bisa naik pada trek-trek menanjak selanjutnya. Kami saling menyapa dan menanyakan kabar pada sesama tim pendaki, seperti: Qoon sehat? Ayo Qoon semangat, inget Nabila lagi berjuang mengerjakan T9!
Iyaaak! SIAP SEMANGAT!

Kuta-Pangguyangan Badak


Trek semakin terjal, pemandangan hutan semakin keren, semakin rimba, semakin terasa petualangannya. Walaupun lelah, dihibur oleh pemandangan hutan yang sulit tersentuh olah tangan manusia ini.
Salah satu bonus, trek mendatar, menuju Pangguyang Badak. Trek yang jarang ditemui. 90 persen menanjak

Pangguyang Badak-Arban

Trek tentu terus menanjak. Bersabar adalah satu-satunya cara untuk melewati ini semua. Hutan semakin merimba, rasanya ingin memfoto dan memvideokan  kekerenan ini semua. Treknya semakin bervariasi, seperti pohon besar yang tumbang sehingga kita harus berjalan di atasnya, menjaga keseimbangan, atau pohon yang tumbang sehingga kita harus merunduk rendah untuk melewatinya, atau meloncatinya. Halang rintang seperti bisa menjadi hiburan menarik menurutku.

Arban-Tanjakan Asoy
Setiap sampai di pos kami beristirahat, duduk, meluruskan kaki, meneguk air membasahi tenggorokan, melonggarkan keril, dan mengatur nafas. Setiap istirahat, rasanya lupa segala lelah selama perjalanan, selama tanjakan-tanjakan terjal tiada berkesudahan tadi.
halang rintang berupa pohon teumbang menuju Pos Tanjakan Asoy
Saat menuju Tanjakan Asoy, aku kira tanjakan-tanjakan yang aku lalui ini sudah merupakan Tanjakan Asoy, rupanya setelah pos Tanjakan Asoy barulah tanjakan-tanjakannya lebih maut lagi, paling Assoy!

Di Pos Tanjakan Asoy, kami istirahat, masak makan siang dan salat. Agak sedih sebenernya makanan kami di pos Tanjakan Asoy ini. Selain nasinya yang kriuk-kriuk karena belom mateng, lauknya yaitu sarden yang ditambahakan banyak air dan garam sehingga rasanya jadi gak karuan. Alhamdulillahnya ada kacang pilus dan sambel yang memperbaiki rasa, lumayan bisa buat nelen makanannya. Ahahahaha :D

Tanjakan Asoy-Pasanggrahan
Perjalanan kami lanjutkan! Hutan lebat menjadi pintu gerbang kami memasuki jalur Tanjakan Asoy ini. Kelebatan hutan semakin menjadi-jadi dan semakin keren saja. Rasanya seperti berada di film-film Hollywood, huaaa..pasti keren kalau buat film di sini! *skip*

Benar saja, baru beberapa meter berjalan, jalan mulai menanjak, menanjak, menanjak, menanjaaaaak terus! 

Bisa-bisa-bisa! Kuat-kuat-kuat! 
Menanjak dan menanjaaaaak, semangat!
Aku mantapkan hatiku agar tidak manja dan mau terus bergerak. Di tengah perjalanan hujan turun, makin lama makin deras. Kami mengeluarkan ponco dan membungkus carier dengan raincoat. Kang Zu yang cariernya tidak memiliki raincoat, membungkusnya dengan trashbag, lawak banget lah, ahahha :D

Hujan yang deras di tengah-tengah hutan, air yang mengguyur tubuh kami, jalur yang berair, suara derai hujan yang menyentuh pepohonan, semua itu semakin menambah romantisme pendakian. Indah sekali untuk dikenang kawan :)

Setelah sekian lama menapaki jalan setapak yang diapit rimbunnya hutan, akhirnya kami bertemu tanah lapang juga; Pasanggrahan! Tempat kami akan berkemah dan beristirahat.

Menginap di Pasanggrahan
Pasanggrahan hanya tanah lapang seluas, sekitar 30x30 meter yang dikeliling hutan. Alhasil tinggal harapan sajalah bisa motret bintang malam itu, lagi pula malam itu mendung, bintang tetap tidak terlihat walaupun mendapatkan spot yang oke. *menghibur diri* :''

Hujan mulai reda saat kami tiba di Pasanggrahan. Baju yang basah, terkena udara pasanggrahan yang dingin, membuat kami menggigil kalau tidak beraktivitas. Sebagian ada yang mendirikan tenda, sebagian membuat parit, sebagian membuat minuman hangat, dan aku, seperti biasa mendokumentasikan kalian, hahaa..

Malam hari kegiatan kami masak-masak, makan, lalu tidur. Sebelum tidur aku sudah koar-koar ke kang Hadiyan dan Kang Dadieh,
Qoonit :Kang, gimana kalo kita summitnya jam 2 pagi? Tim kita kan jalannya lama, biar dapet sunrise di atas, oke gaaak?
Dadieh : Kalo bisa pada siap jam 2 sih, kita berangkat qoon!
Qoonit : Bisa kok bisa! Nanti aku yang bangunin.
Seru Qoonit dengan mantap.

Summit
Pukul 02.00 dini hari, aku beneran udah bangun, mungkin karena the power of sunrise and stars! Hahaa :D
Kemudian membangunkan yang lainnya. Udara di luar tenda dingin banget, menusuk tulang, sedangkan di dalam tenda hangat sekali seperti di kamar kosan. Kalau tidak teringat sunrise dan bintang *kali aja masih keburu* dari atas Puncak Ciremai, rasanya lebih memilih melanjutkan tidur.

Membangunkan para lelaki ternyata susah banget! errrrrr -_- mereka super lelet siap-siapnya. Akhirnya pukul 03.05 kami baru berangkat untuk summit.

Summit di Ciremai rasanya mirip-mirip hunting sunrise di Pananjakan Bromo. Tangan udah kayak mau beku, kamera masukin jaket dan dipeluk, nafas susah, hidung berair, dan pipi kedinginan. Langit yang gelap pekat berbintang, mulai membiru, semakin lama semakin terang. Suhu mulai bersahabat.

Di Pos Goa Walet kami Salat Subuh, aku saat itu yang sedang berhalangan, mensyukuri betapa indahnya pemandangan dan momen ini, salat di atas hamparan awan dan pegunungan! Huaaaaa Subhanallaah :)
Puncak sebentar lagi, medan setelah Goa Walet terjal berbatu. Harus sedikit memanjat dan berhati-hati.

Dan.....

Akhirnyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa......


SAMPE PUNCAAAAAAAAAAAAAK!

Alhamdulillaahirabbilalamin :D

Terima kasih ya Allah atas kesempatan ini! Tidak berhenti mengucap syukur, hamdallah, dan tasbih atas kebesaran-Nya dari puncak tertinggi di Jawa Barat ini.
Pencapaian 17 orang pendaki ini tidak lain dan tidak lepas dari bantuan dan kemurahan hati Sang Mahasegalanya itu. Alahmdulillah tidak terjadi apa-apa dengan tangan kiriku, sempet khawatir penyakit itu kambuh lagi, tapi Alhamdulillah enggak :)

Semuanya sehat wal afiat, tidak kurang satu apapun, semuanya bahagia :D

Kawah besar dan lautan awan menjadi pemandangan super eksotis di atas Puncak Ciremai, segala rasa lelah terbayar sudah!


Keindahan puncak yang super keren ini memang butuh pengorbanan yang super keren juga untuk meraihnya.  Tidak ada yang instan, semuanya berproses, semuanya butuh kerja keras, butuh pengorbanan, semuanya harus dilalui untuk ini. Sama halnya seperti hidup kita, right? 
rute pendakian kami Jalur Palutungan, yang di tengah
Tim pendaki tengah menikmati pemandangan dari atas Puncak Ciremai 3078 mdpl
Seperi kata pepatah dalam Kaos Ciremai yang aku desain:

A life without a risk is a life unlived

Tantang dirimu untuk berani mengambil segala risiko, agar hidupmu menjadi lebih hidup! :D

Perjalanan pulang, kembali ke Pasanggrahan
Kami kembali ke Pos 0 ketika azan maghrib berkumandang. Setelah itu sahut-sahutan takbiran terdengar mengalun mengiringi perjalanan pulang kami. Hari itu hari raya Idul Adha, Subhanallaaah :D

Sweet moment banget :')

Bayang-bayang hitam Gunung Ciremai perlahan-lahan semakin menghilang ditinggalkan 17 orang pendaki ini yang tengah kembali pulang menggunakan mobil kol-bak.

Sungguh pengalaman yang luar biasa dan anugerah yang tidak terhingga bisa berada di puncak sana beberapa saat yang lalu. Malam itu, bersama 16 teman-teman lain, diiringi suara takbiran syahdu dari masjid-masjid, cerita hantunya kang Hadiyan, teh Fathiya dan Abu yang ngobrol sambil teriak-teriak karena gak mau denger cerita horornya kang Hadiyan, dan Qoonit yang cuma bisa ketawa-tawa melihat mereka semua, menjadi penutup petualangan ini.

Berakhirlah sudah petualangan 12-14 Oktober 2013 itu

Terima kasih umi dan abi yang sudah baik sekali mengizinkan
Terima kasih 16 anggota tim pendaki
Terima kasih Nabila yang sudah membantu menyelesaikan masalah per ojean
Terima kasih semuanyaaaa :D

Sampai juma di petualangan selanjutnya!

Mungkin Semeru atau Rinjani, Amiiiiiin :) Hahaaaa

Salam #AkhwaTraveler

Alam-Islam-Indonesia!

Semoga perjalanan ini semakin mendekatkan, bukan menjauhkan, amiin :)

You Might Also Like

0 komentar

Instagram