Tiga Pelajaran di Semester Dua

8/21/2013 11:43:00 PM

Kamu kira Allah percaya kamu sudah mengerti tentang ikhlas? sebelum Allah menguji kamu.


Kamu kira Allah akan peraya begitu saja kamu beriman? hanya dengan mengucap syahadat.

Kamu kira Allah percaya kamu sudah sabar? sebelum Ia menguji kesabaranmu.

Kamu kira Allah percaya kamu mengerti tentang syukur? dengan hanya kamu mengucap hamdalah.

Kamu kira Allah percaya apa yang kamu lisankan begitu saja? Tidak semudah itu kawan. Semua itu harus diuji! Kuliah saja ada ujiannya apalagi hidup. Dosen saja baru percaya menyematkan sebuah nilai untuk mahasiswanya setelah mengadakan ujian, apalagi Allah sang Pengatur Seluruh Kehidupan. Bedanya, ujian yang diselenggarakan Allah ini tidak bisa kau curangi.

Karena memang hanya ujian yang bisa dijadikan parameter, seberapa mengerti diri kita terhadap suatu hal. Semua itu memang harus diuji, makanya Allah ciptakan kehidupan.

Seperti kisahku selama semester dua ini yang penuh tempaan. Yah, mungkin tidak seberat ujian kalian, tetapi cukup menguras fikiran dan air mata. Sepertinya karena selama ini hidupku isinya hanya tertawa saja.

Ketika Allah menguji kamu, itu berarti Dia tengah berbicara denganmu, mengajarimu, berbahagialah!
Ketika Allah memberikanmu ujian, maka Ia ingin derajat kehidupanmu meningkat, berbahagialah!
Ketika Allah mengujimu, itu berarti ia tengah memerhatikanmu, menyayangimu, agar kau semakin menjadi pribadi yang baik, berbahagialah!

Jadi ketika Allah menghilangkan barang-barangku satu persatu; dompet, stnk, ktp, kartu atm, hp, plat nomer, helm, dan berdampak pada sulitnya aku menjalani hidup saat itu, tak pantaslah aku mengatakan, "Allah tuh maunya apa sih? Kenapa gak langsung kasih tau aja, aku kan gak ngerti."

Padahal jelas sekali, Allah ingin aku mengerti tentang ikhlas, sabar, dan syukur.

Seberapa ikhlas aku saat dompet dan segala isinya raib digondol maling di kosan Dian. Seberapa sabar aku menjalani hari-hariku tanpa benda-benda penting tersebut, dan seberapa besar aku menyadari betapa mudah hidupku selama ini. Bersyukur, karena telah merasakan hidup dengan beberapa rupiah saja, padahal kala itu aku tengah butuh uang lebih untuk kegiatan palawa.
saat harus bolak-balik ke kantor polisi
Jadi, ketika Allah menggagalkan aku menjadi anggota palawa, padahal jaraknya tak sampai sejengkal lagi, -ah! kau tidak tahu kan betapa hancurnya aku saat itu-, tak pantaslah aku menangis, bersedih berlarut-larut, bersuudzon macam-macam kepadaNya.

Jelas-jelas Allah ingin aku mengerti tentang ikhlas, sabar, dan syukur.

Allah ingin membuat hatiku lebih luas lagi, luas seperti samudra, ikhlas menerima apapun kehendakNya. Allah ingin aku setangguh tebing batu, sabar ditempa hujan dan angin, tempaan malah membuatnya semakin indah. Allah ingin membuat aku seceria burung yang berkicau, selalu bertasbih, bersyukur kepadaNya atas apapun yang terjadi karena nikmat yang diberikanNya tetap tak terhingga jumlahnya.

Jadi, ketika Allah mengubah sedikit saja susunan saraf di pangkal lengan kiriku, hingga mengangkat gelas pun aku tak sanggup, tak pantaslah aku berkeluh kesah karena kesulitan melakukan berbagai macam kegiatan.

Jelas sekali Allah ingin aku mengerti ikhlas, sabar, dan, syukur.

Sekarang aku baru mengerti kenapa Allah memberikanku rentetan ujian itu, karena aku yang tak kunjung mengerti apa yang Ia inginkan. Aku harus remedial berkali-kali untuk mengerti pesanNya! bodohnya.

Allah ingin aku ikhlas dengan jalan yang Ia tunjukkan, kalau Allah mengarahkanku pada jalan B, padahal aku ingin sekali jalan yang A, ya, aku harus ikhlas, selalu berhusnudzon padaNya. Allah ingin aku sabar, sabar dengan keterbatasanku saat itu. Allah membuka mataku untuk selalu bersyukur! Saat aku bolak-balik ke Rs.Haji untuk fisioterapi, pemandanganku ialah orang-orang yang keadaannya jauh lebih buruk dariku. Ada yang kakinya harus di gips hingga tertatih-tatih jalannya, ada yang hanya bisa terduduk lemah di kursi roda, sampai tidak sadarkan diri, terbaring tidak berdaya di kasur. 

Betapa nikmat Allah teramat banyak jumlahnya! dan betapa lalai sekali aku untuk bersyukur!

Astaghfirullah..

Di semester dua ini aku dapat tiga pelajaran; Ikhlas, Sabar, dan Syukur. Aku beruntung sekali karena yang mengajariku bukan kakak mentor ataupun pak ustadz, tetapi dosenku langsung dari sang Maha Pengatur Kehidupan; Allah SWT.

Aku tidak tahu aku lulus ujian atau tidak, tetapi boleh lah aku berbangga dengan berhasil melewati itu semua dengan senyuman, yah, walaupun harus didahului dengan air mata.

Alhamdulillah.

Sekian pelajaran di semester dua ini, semoga semakin menjadi pribadi yang lebih baik di semester tiga nanti.

Semoga Allah tetap mengarahkanku ke jalan yang benar di semester tiga nanti, dan setelahnya hingga ajal menjemput nanti.

Setiap orang memang punya ujiannya masing-masing, semoga kita bisa lulus ujian yang diberikaNya dengan nilai terbaik.

Amin.

You Might Also Like

0 komentar

Instagram