Pengalaman Buruk di Bali

12/29/2010 08:17:00 PM

Aku berusaha tidur ini jam 1 malam dalam bus yang melewati jalan penuh kelok, disini sangat dingin aku tidak nyaman. Berbagai macam posisi sudah ku lakukan, tapi massih saj atak nyaman. Aku terbangun karena bus berhenti sepertinya aku berhasil tidur beberapa saat, ternyata bus mulai ramai teman-teman sudah banyak yang terbangun. Dengar-dengar ternyata ketua kelas kami muntah, mabok saat perjalanan.

tak lama kemudian dia masuk kedalam bus, masih sempat saja dia mengguyon. teman sebangku ku sejak tadi rewel sekali ingin pergi ke toilet tapi bus sudah kembali melanjutkan perjalanan. Dia terus saja merintih ingin kebelakang. Sementara aku karena merasa fine-fine saja aku hanya terus menyabarkan dia. Ternyata dia tidak sendiri beberapa temanku yang lain ribut ingin ke toilet, tadinya hanya satu orang lama kelamaan mulai ramai permintaan untuk ke toilet, bahkan hingga berteriak-teriak agar supir segera menghentikan busnya menuju SPBU.

Tak lama kemudian, bus menuuju SPBU, teman-teman yang sedari tadi sudah tidak tahan ingin menunaikan hajatnya segera bersiap-siap, wajah kompetisi tercipta. Seketika saat bus berhenti mereka langsung berlari meuju toilet. Karena pegal seharian berada di bus aku keluar bermaksud untuk meregangkan otot-otot ku yang kaku. Berjalan-jalan sebentar sepertinya ototku mulai membaik. Teman-teman terlihat mengantri.

Saat semua sudah masuk dalam bus, kami melanjutkan pejalanan menuju hotel.
Tiba-tiba perutku ngilu, sakit luar biasa! astaghfirullaah.. aku terus istighfar menahan sakit, aku fikir mungkin ini tanda menstruasi. Aku terus menahan, aku menekuk kakiku untuk menekan perutku agar rasa saakitnya berkurang. Tapi lama kelamaan aku merasa kesemutan menjalar di seluruh tubuhku, lalu dingin. Suara teman-teman tiba saja menjadi kecil lalu tidak jelas. ya sepertinya aku akan pingsan. tubuhku lemas. Aku bilang pada Raudah teman sebangkuku, "Rau, gue mau pingsaan.." tapi dia malah menganggapnya guyonan, mungki karena memang aku suka bercanda. "Nit gak usah ngelawak deh!" katanya. Aku sudah lemas, lalu menyandarkan tubuhku pada kursi, seperti sudah pasrah kalau benar memang akan pingsan. Fani sepertinya sudah melihat kondisiku yang mengenaskan ini, "qoonit mukanya pucet!" teriaknya.

Seketika Raudah langsung panik, aku meminta minum dan coklat yang berada di tas ku. Mungkn bisa membuatku baikan, karena kita sudah sampai di hotel, dan aku harus turun. Raudah terus menyemangatiku agar bertahan. Aku mencoba bangkit langkahku gontai, kepalaku pening. Aku memarahi temanku yang menghalangi jalanku. Perlahan turun dari bus, mencari koperku lalu menggeretnya, terasa berat sekali, aku menyelempangkan tas kecilku, dan menggenggam coklat. teman-teman yang tidak tega melihat kondisiku ingin membantuku membawakannya, tapi aku melihat tangan mereka juga sudah penuh. Aku menguatkan diriku untuk bisa membawa koperku sendiri.

Aku berjalan menuju lobi, kondisiku kacau, aku melihat wajah-wajah yang aku lewati bersimpati padaku, aku tidak peduli aku terus menguatkan diriku agar tidak pingsan di lobi. Aku tidak peduli pada semua orang, guru-guru tidak ku sapa, aku hanya ingin kamar. Ada sofa, aku duduk menunggu temanku mencari kunci. Suasananya sangat ramai ada kurang lebih 400 orang sedang mencari kamarnya. Raudah memanggilku, kunci suda kami dapatkan.

Aku berjalan lagi, Semua orang dihadapanku memberi jalan, lalu melihatku prihatin. Sialnya kamarku cukup jauh. Temanku mencoba membantu membawakan koperku tapi kutolak, aku bisa, pasti bisa! Aku sampai pada lorong, lorong 12, ada tangga menurun, alhamdulillan aku masih kuat melewatinya, disana ramai aku tidak bisa langsung lewat, lalu ada rasa lain selain rasa lemasku, tiba-tiba aku ingin BAB, sangat ingin! rasa itu berubah menjadi keringat, kakiku gemetar, aku ingin sekarang juga!

Aku melihat ada pintu kamar dari kelas lain. Aku berfikir berulang-ulang untuk menggunakan toiletnya. Tekadku bulat aku tidak peduli, aku melangkahkan kakiku menuju pintu itu, tapi seketika pintunya ditutup, Buk! aku kecewa, Raudah memanggilku "qoonit, ayo! kamarnya udah deket kok." sambil mengumpulkan kekuatan aku melankah lagi, sial! kali ini tangga keatas dan cukup panjang, tak sengaja aku menjatuhkan coklatku, coklat warna-warni itu berserakan dilantai, aku tidak peduli. Aku tertatih tatih mengangkat koperku anak tangga demi anak tangga, ini benar-benar sudah klimaks! aku tidak kuat lagi! berulang-ulang ku kuatkan tubuhku sendiri.

Aku bersyukur aku sudah diatas, tapi ternyata teman-teman kesulitan membuka pitntu yang menggunakan kartu itu. Ya Allah.. rintihku, aku bersender di tembok, kulihat ada pintu terbuka, ternyata kamar untuk guru, tanpa fikir panjang aku melangkah kesana, tapi seketika pintu kamar terbuka, aku langsung berlari meuju toilet meninggalkan semua barangku diluar.

Aku masuk toilet, dan menunaikan hajatku, kakiku bergetar hebat. Aku bersyukur karena mampu bertahan hingga sampai disini. Setelah selesai aku keluar, seluruh rasa sakiku hilang, ak merasa seperti dilahirkan kembali. Alhamdulillaah.. ucapku berulang-ulang..

itulah pengalaman buruk gue di Bali, tapi sampe sekarang masih bingung kenapa hal ini bisa terjadi. Gue cari di internet ga dapet jawabannya.

You Might Also Like

1 komentar

  1. Kebelet boker?? Ajib bener ni cerita... Panjaaaaaaaaang.. Gw kira bakal jatoh ditangga. Trus terguling-guling.. Boker diclana akhirnya

    ReplyDelete

Instagram