Hal-hal Lucu Selama Sharing Online
9/24/2020 08:51:00 PMSemenjak pandemi, terciptalah era baru bernama webinar!
Semua mendadak online. Anak-anak sekolah, mahasiswa, rapat-rapat, kajian, sharing, seminar, bahkan upacara 17 Agustus, online! Zoom, Gmeet, langsung melesat. Whatsapp bahkan sampe meng-upgrade kemampuan video call-nya hingga 40 orang.
Dan aku, yang biasanya keliling-keliling untuk sharing sama temen-temen, sekarang jadi zoom di depan leptop. Saat orang-orang dewasa nge-zoom di rumah, yang paling sedih adalah Gazi (3 tahun). Aku harus mengunci kamar, kalau tidak sharing online-ku bisa kacau balau.
Pernah kubiarkan ia masuk. Alhasil Gazi melemparkan buku-buku tebal ke arah leptopku. Keypad huruf "B" sampai copot. Leptoku hampir terpotek. Gazi berteriak-teriak mencari perhatian. Jadi, membiarkah Gazi masuk kamar saat Zoom adalah sebuah malapetaka.
Apalagi kalau bundanya yang sudah Zoom, dia langsung dirundung kesedihan, "Jangan pada zoom dong, nanti Gazi nangis." Ujian anak itu di era pandemi, sungguh berat.
Ahya, banyak kisah lucu saat sharing online, mari kuceritakan.
Hal paling mendistrak saat sedang mengisi kajian online, adalah mereka yang menyalakan kamera sambil tidur-tiduran di atas kasur. Sambil meluk guling, rebahan dengan bantal. Sambil nyapu, masak, dll. Rasanya aku tengah menjadi podcast di spotify, atau youtube yang memiliki mata, lalu melihat beragam posisi orang-orang yang mendengarkan.
Aku tak marah sungguh, tapi lucu aja. Jadi harus konsentasi lebih, "gak usah diperhatiin qoon.. jangan diliat..."
Hal paling baper, saat melihat ada wajah peserta dengan beragam ekspresinya. Yah, kita emang gak pernah bisa nebak hati orang. Tapi liat ada perserta yang nguap, alisnya tertekuk, mukanya cemberut, rasanya pengen udahan aja ngomong. "Kenapa sih? aku salah ngomong ya? penyampaianku membosankan ya?" jadi overthinking sendiri.
Masya Allah, tapi kalau dipikir-pikir, aku juga pernah melakukan hal yang sama saat mendengarkan kajian. Bahkan pernah aku tertidur. Bangun-bangun, semua orang sudah left....
"Matikan mic-nya ya!" kata yang paling sering terdengar ketika tengah sharing online. Pasti ada saja, mic-mic peserta yang bocor. Ada suara motor lah, suara orang ngobrol, suara lagu, dll. Ini juga ngedistrak banget. Hal paling parah, adalah terlontar kata kasar, "Anjir!" saat sedang sharing. Bener-bener dah!
Ada juga tanggapan lucu, misal saat aku bilang, "Misal nih, yang perempuan masih suka bacain horoskop.. itu tanda kita belum bergantung sepenuhnya sama Allah." lalu ada yang lupa matiin mic-nya dan bilang, " Tuuhh dengerin! Jangan bacain horoskop muluuuu!" Aku nahan ketawa.
Paling bingung adalah kalau mau bersin! Rasanya setiap detik menuju bersinnya ditontonin sama puluhan bahkan ratusan orang. Kan jadi grogi. Alhasil, wajahku cuma ancang-ancang mau bersin, tapi bersinnya ga jadi. Ini sungguh memalukan. Hidungku pasti langsung gatal. Bingung harus ngapain.
Latar belakang juga jadi hal lucu. Pernah suatu kali, bantal pink-ku terlihat di kamera. Alhasil dengan wajah cool, aku dorong bantal itu ke samping, sambil terus ngomong. Atau tembok-tembok yang sudah terkelupas catnya (Gazi suka mengelupas cat tembok). Aku jadi terlihat gembel dengan tembok belang bentong itu.
Baju! Bajuku jarang ganti. Lebih tepatnya jilbab. Karena yang kelihatan di layar hanya jilbab, pakai baju yang resmi kadang tak jadi sebuah keharusan. Walau terkadang, kalau sedang ingin, aku menggunakan baju yang bagus, seperti saat sharing offline.
Jilbabku jarang ganti. Karena emang dikit, dan tidak tahu kenapa tak ada keinginan beli jilbab macem-macem. Kaya udah merasa cukup gitu loh... jilbabku pasti hitam, biru, hitam, biru. sesekali merah. Paling hanya 3-4 jilbab yang kupakai bergantian.
Ketimbang membeli baju, jilbab, dan pernak pernik lainnya, aku lebih sering belanja buku.
Sekian, kenangan sharing online selama pandemi. Pada akhirnya, aku teramat merasa bersyukur masih Allah beri kesempatan untuk sharing sama teman-teman. Walaupun ilmunya, duh.. menyedihkan. Doakan semoga Allah kasih hidayah utnuk selalu belajar, dan berbagi sama orang lain.
0 komentar