Memilih Kelok
8/12/2018 05:34:00 PM"Sungai Citarum" begitu tertulis di depan kelok jalan yang selalu ku lewati setiap hari. Warnanya hitam. Dikotori sampah di hampir tiap aliran sungainya.
Nasib air sungai ini sungguh malang. Bagi yang pernah main ke Situ Cisanti, kalian akan melihat jernihnya awal mula perjalanan air Citarum. Titik 0 KM Citarum, ternyata bersumber dari 7 mata air yang berbeda.
Bukan main, air muncul dari permukaan tanah, dan turun dari pegunungan. Begitu jernih hingga kau bisa melihat ikan dan rerumputan di bawah air.
Malangnya, setelah sang air mtelalui perjalanan panjang. Air yang jernih berubah jadi hitam.
Hari itu aku belajar dari sungai yang hitam. Ini sama seperti perjalanan manusia. Kita semua dilahirkan dalam keadaan jernih, suci, tanpa dosa. Begitu memesona tiap pandangan mata.
Lalu perjalanan hidup mengubah manusia. Ada yang tetap jernih, indah dipandang, lalu memberikan banyak manfaat di setiap tempat ia mengalir.
Namun, ada juga yang berubah warna menjadi hitam, berbau tak sedap, penuh penyakit, dan menebarkan keburukan di tiap tempat ia mengalir.
Kalau kita jadi air, bolehlah kita menuntut macam-macam pada-Nya.
"Allah tak adil! Dari dulu aku selalu dibersamai lingkungan yang buruk. Keluargaku, teman-temanku, wajar saja kini aku hitam."
Air tak punya pikiran. Air tak pernah tahu, kalau ia memilih kelok aliran ke Bandung, kejernihannya akan hilang tak berbekas. Ia hanya mengikuti kemana aliran air yang lebih rendah
Di hari akhir air boleh menuntut, bahwa manusia dan kebodohannya yang membuat ia menjadi kotor dan hina.
Namun, sayangnya kita bukan air. Kita manusia yang Allah berikan kemampuan berpikir. Tahu baik dan buruk. Kita manusia yang sudah ribuan tahun Allah turunkan Nabi dan Rasul, sambung menyambung hingga umat terakhir. Kita manusia yang Allah bersamai cahaya yang terjaga dari langit ke tujuh.
Papan petunjuk kelok mana yang benar sudah dan selalu terpampang jelas. Hanya kita yang enggan membaca, pura-pura tak lihat, atau sengaja menabrak.
Kita tahu benar di tiap kelok kehidupan yang kita pilih, ke mana kita akan berakhir. Konsekuensi apa yang akan kita hadapi. Menjadi hitam atau jernih. Menebarkan penyakit atau manfaat.
Kita hanya harus berpikir saja. Cukup.
FQ.
0 komentar