Ketika Ikhwan dan Akhwat Naik Gunung Bersama
8/04/2018 11:05:00 PMSudah lama ingin menulis ini, tapi selalu ku tahan. Kenapa? Karena dengan menulis ini, otomatis ku tak bisa lagi naik gunung dengan ikhwan atau lelaki yang bukan muhrim. Dulu setakut itu, kalau gak bisa lagi naik gunung sama mereka.
Yup, sekitar empat tahun aku adalah orang ter-AYOK dalam hal naik gunung atau jalan-jalan.
"Qoon ikut gak?"
"Ke sini yuk!"
"Main yuk!"
langsung ku jawab, "AYOOOK!" segampang itu ngajakin gue jalan gais, wkwk
atau bahkan tak jarang aku yang menjadi pelopornya, "Naik gunung A yuk!" "Eh ke sini yuk pliis"
atau menjadi konsultas pendakian ini,
"baiknya tanggal segini cuacanya lagi bagus.."
"Tanggal segini aja lagi bulan mati, bintangnya pasti keliatan banget,"
"Jangan lupa bawa perlengkapan A, B, C, D sampe Z"
"Coba pinjem perlengakapan ke A, atau nih ku kasih kontak temenku B"
Intinya, percayalah ku sangat menyukai sebuah pendakian. Maen bareng ikhwan atau laki-laki itu menyenangkan sekali gaes. Banyak humor, seru, gampang dimintai tolong, merasa terjaga karena mereka lelaki yang notabennya "lebih kuat", dan berbagai manfaat lainnya.
Paling tidak sudah empat tahun terakhir aku hobi naik gunung. Bahkan tujuan awal merintis Kanan Studio pun supaya "punya duit buat naik gunung". Sedunia itu alasannya gaes. Sudah berbagai gunung ku singgahi, mulai dari Guntur, Gede, Papandayan (udah 4 kali), Puntang, Ciremai, Semeru, hingga Rinjani. Belum destinasi wisata lainnya seperti pantai, atau wisata adat. Hampir semuanya bareng ikhwan!
Jadi, tulisan ini bukan berasal dari expert tapi berdasarkan experience. Buat teman-teman akhwat dan ikhwan yang masih menimbang-nimbang "baiknya jalan bareng doi gak ya?" Nah, semoga tulisan ini bisa menjadi pertimbangan untuk kalian ya.
Pertahanan DiriYup, ini adalah tahapan pertama dari naik gunung bareng. Sesungguhnya kawan-kawanku semuanya, kita semua tahu tentang larangan bercampur baur untuk lelaki dan perempuan. Tidak bercanda berlebihan, dan melakukan interaksi secara instensif
Ini semua akan kalian temukan saat naik gunung. Sebuah dunia di mana tidak ada sinyal untuk ansos memainkan smartphone, satu-satunya hiburan hanya teman kalian satu tim. Sebuah dunia dimana kalian menemukan kelelahan yang teramat sangat, keindahan alam yang tiada banding, kebahagian, ketakutan, kesedihan, keseruan, semuanya akan terangkum menjadi cerita perjalanan tak terlupakan.
Kalian harus saling tolong menolong. Harus saling perhatian satu sama lain. Saling bersabar. Saling menyemangati. Saling menghibur. Saat trekking kalian akan melihat wajah mereka, saat istirahat, masak, diriin tenda, hunting foto, tidur, bangun tidur, muncak, kalian akan melihat wajah mereka.
Jadi, semua ini harusnya sudah menjadi alasan yang kuat untuk tidak naik gunung bersama.
Tapi namanya manusia. Sesuatu yang menyenangkan biasanya akan dipertahankan atau berusaha dibenarkan. Yap, itu yang aku lakukan dahulu. Ku mulai memunculkan berbagai alasan untuk menghalalkan aktivitas ini:
"Ini kan emang prosedur pendakian, malah bahaya kali kalau gak sama ikhwan,"
"Naik gunung kan niatnya tadabur alam, bisa jaga interaksi kok."
"Kan ada muhrimnya juga. Ada temenku yang perempuan. Kita bisa saling jaga."
"Berelebihan banget campur baur. Emang di gunung mau ngapain sih?"
"Cuma refreshing bentar, lagian banyak positifnya, aku jadi rajin olahraga, melatih skill videografi dan fotografi"
dan serentetan pertahanan diri lainnya yang membuatku, "oke lanjut!". Untuk tahap ini, baiknya kalian tetap berpegang pada rasionalisme sebelumnya rasionalitas kalian menghilang untuk selamanya. Walau ini pahit, pahit sekali!
Dulu, awal-awal ku menolak ajakan-ajakan main bareng ini, ada rasa perih yang mendalam. Ulululu..
Konsekuensi Naik Gunung BarengJika kalian tetap lanjut di tahap yang pertama, kalian akan mendapatkan konsekuensi berikut. Jadi gais, menurut pengalamanku, beres pendakian yang katanya "tadabur alam" itu, perkara tidak selesai begitu saja.
Ku perhatikan kawan-kawanku, banyak hal yang terjadi di antara mereka. Kalian tahu kan? perkara muda-mudi yang sering terjadi. Apalagi setelah film 5CM booming, makin-makin lah harapan bermunculan. Yap, ion negatif dan positif akan bertemu, boom! terjadi sengatan listrik, dan tumbuhlah benih-benih cinta.
Baik ku sederhanakan ya..wkwk. Intinya abis naik gunung, temen-temen gue jadi pada suka-sukaan, taaruf-taarufan, adik-kakak-an, "temenan", pacaran, dan hal-hal sejenis. Eh bentar, abis tadabbur alam kok malah jadi sumber maksiat? loh? loh?
Kadang suka sedih, kenapa tidak bisa mencegah hal itu terjadi. Karena anaknya gak peka, suka baru sadarnya ada kawan-kawan yang terjerat perangkap iblis ini setelah hubungan tak halal itu terjadi.
"Yaampun pantesannya mereka waktu di gunung kemana-mana berdua,"
"Ooh..pantesan ngobrol mulu,"
"Waktu di puncak kan mereka foto bareng,"
"Mereka kan ledek-ledekkan mulu,"
Gitu deh. Bukannya menjauhkan atau mengingatkan mereka, malah biasa aja. Gak peka. Maaf ya. hiks..
Bagaimana dengan Qoon? Nah, ini Alhamdulillah-nya Allah masih jaga aku dari hubungan yang tidak halal itu. (Mungkin karena doa Umi dan Abi, iww) Selain anaknya gak peka, heartless, kaktus, sama mereka emang cuma pengen main, jadi ogah kalo modus-modsan, plus anaknya tega-an. Ku mudah sekali berkata, "NO!" dan mengatakan kalau ku tak suka dengan sesuatu.
So, setelah ikhwan dan akhwat pergi bersama, mereka akan menjadi dekat, setelahnya akan ada kegiatan bersama, seperti tukar foto dan video selama pendakian (ini pasti ada), makan malam bersama, nonton bioskop, lari pagi, diskusi (pret), dan sebagainya. Kegiatan setelahnya ini ku pasti absen, karena udah gak ada benefit-nya lagi menurutku, wkwkk... oportunisnya kamu nak.
Nah, sadarilah wahai akhwat yang dikit-dikit maen perasaan, ini berbahaya! Kalian tengah bermain api.
Kenali Ikhwan, Mengerti AkhwatSelama bermain dengan ikwan-ikhwan ini ku jadi tau sifat mereka. Ku bocorkan sedikit, "ikhwan" yang katanya lebih soleh itu tak ada bedanya dengan lelaki biasa. Mereka tetap punya insting menyergap mangsanya saat kau terlihat menggiurkan seperti ikan asin.
Mereka tetap ngomongin teman perempuannya yang cantik, tetap bercanda berlebihan, tetap nyanyi-nyanyi, mereka pada dasarnya adalah lelaki. Jadi, waspadalah.
Dan untuk ikhwan, mengertilah akhwat. Mereka adalah mahluk yang sangat lembut hatinya, halus perasaannya. Sentuhun kecil bisa membuat mereka berbunga-bunga sepanjang tahun. Apalagi kau bawakan kerilnya, kau bantu ia menapaki terjalnya bebatuan, kau berikan ia minum, daaaaan sebagainya.
BersabarJadi gue gak bisa naik gunung dong? Jawabannya adalah bersabar. Mendakilah bersama muhrimmu, apakah itu keluarga, suami, atau perempuan semua. Memang jadwal naik gunungmu akan jadi terbatas, tapi hatimu akan tetap terjaga. Surga memang dipagari dengan hal-hal gak enak dan gak asik. Jangan kasih setan peluang untuk menjadi kompor meleduk.
Sekian. Tetap bahagia, selalu perhatikan keamanan saat mendaki, dan yang terpenting ambil sebanyak mungkin pelajaran, dan milikilah jiwa yang semakin dekat dengan Allah selepas mendaki.
Semoga bermanfaat.
nb:
Tak semua lelaki seperti yang ku katakan di atas ya. Siapa pun yang dipagari dengan iman tentu tetap jadi manusia kesayangan langit.
![]() |
Nah Alhamdulillah kan, naik gunung terakhir udah akhwat semua. Lebih hepi, aman, dan tentram. |
![]() |
Nah, ini ga ada maksud tertentu sih. suka aja sama foto ini karna ada bulannya, wkwk |
0 komentar