Review Film Omar Vs Fatih

12/12/2017 05:54:00 PM

Akhirnya, dapat juga aku hidayah untuk menonton kedua film tersebut. Pasalnya, ku sudah tahu kedua film itu sejak lama, tapi baru beres nonton sekarang.

Dulu bentaran nonton Omar udah tidur, padahal ku dengar testimoni dari seorang guru tahfiz,

"wah saya selalu menangis di tiap episodenya"

bzzz

"saya selalu tidur ustad.." batinku dalam hati. Hingga ku berkesimpulan, diperlukan keimanan tertentu untuk dapat menikmati kedua film di atas.

Here we go!

Secara umun, kedua film tersebut ku apresiasi karena telah berani mengangkat sejarah Islam dalam sebuah film. Pasti amat sulit mencari sponsor, karena filmnya amat "sehat" hehe

1. Visual
Untuk yang anaknya visual banget, kalian akan banyak kecewa dan mencak-mencak saat nonton film Omar.

"Kok Bilalnya gemuk"
"Bilalnya kurang item"
"kok batu yang nindih Bilal kecil"
"berantemnya apa banget ih"
"Umar bin Khattab nya kurang gede ga sih? kan beliau kalau naik kuda kakinya nyeret"
"momen Rasullah SAW wafat kurang emosional ga sih, gak ada ummati..ummati..nyaa"

apalagi yang paling membuatku kecewa adalah visualisasi saat perang Yarmuk. Imajinasiku yang ala ala hollywood pilem Sparta saat adegan "Puluhan ribu tentara romawi masuk jurang" harus dihancurkan oleh film tersebut.

Selain tentara romawinya yang kurus-kurus dan cupu gitu (refrensinya tentara romawi versi Hercules soalnya), visual jatoh ke jurangnya cuma sebiji orang doang. wkwkwk

Aah..sungguh terlalu.

Berbeda dengan film Fetih, visual Anda akan lebih dimanjakan.

Momen di saat puluhan ribu pasukan menerjang masuk benteng. Menarik kapal melintasi bukit. Salat berjamaah bersama ratusan ribu pasukan. Semuanya sungguh memanjakan mata.

Bangunan bersejarah, Hagia Sophia, Blue Mosque, Panorama Turki, Bukit Galata, Selat Bospohorus, semua bisa tergambarkan dengan indah. Walaupun animasinya rada keliatan, tapi tidak buruk lah. ehe.

Untuk yang suka action dan thriller, visual di film ini amat jelas. Adegan berantem heroik ala hollywood tersaji. Bagaimana meriam-meriam ditembakkan menghantam dinding Konstantinopel. Darah-darah muncrat, badan ditombak, tangan putus, kaki terkoyak, kepala diputer ampe mati, leher tersayat, orang mati terbakar, semua tervisualisasi dengan baik. Aku suka~ (kok kayak psikopat ya yang nulis )

Tapi kekurangannya dalam Fetih ini, terdapat bumbu-bumbu mecin yang disukai industri film. Yah, tahulah seputar wanita dan adegan romansa cinta. duduh~

2. Konten cerita dan sejarah
Untuk poin nomor 2, film Omar lebih unggul menurutku. Setiap episodenya selalu memberikan pelajaran-pelajaran berharga. Selalu mengingatkanku akan hadist hadist Rasulullah.

Kalian akan melihat drama-dramanya Umar bin Khattab Ra.

Seperti, saat beliau resah menunggu kabar akan nasib kaum Muslimin selepas perang Qadisiyyah.

Ya Amirul mukminin, tunggu di rumah saja, hari sangat terik, jika mereka pulang pasti akan langsung ke rumahmu bukan? | Tidak, demi Allah kau saja yg tunggu di rumah!

Terus beliau panas-panasan, khawatir, di tengah padang pasir menunggu berita

atau saat Umar bin Khattab nangis dipojokan sewaktu melihat gelimang harta dari Iskandariah.

"Sungguh aku sangat takut jika harta ini akan melenakanku"

dan banyak lagi drama beliau yang akan membuat kita geleng-geleng kepala dan berkata, "Sumpah lebay banget!"

Di film Omar, kalian akan melihat betapa terjaganya umat Islam dari harta kekayaan. Rumah Amirul Mukminin aja gelap-gelapan gitu. Bahkan ada adegan Umar bin Khattab tidur siang geletakan di luar ruangan. Kalau di zaman sekarang, kalian akan langsung teringat pada homeless saat melihatnya.

Sungguh oh..sungguh

Berbeda dengan konten cerita film Fetih. Entah bagaimana sejarah yang sesungguhnya, tapi dalam film tersebut ku melihat banyak nilai-nilai Islam yang dilanggar.

Seperti Istri Fetih yang terlihat rambutnya di hadapan banyak orang.

Penghormatan terhadap Fetih yang berlebihan. Masa gak boleh ada yang membelakangi Sultan Fetih. Abis selesai menghadap Sultan, jalannya harus mundur ke belakang ampe pintu.

lah ribet bat kan, lebay

Baju Fetih yang sangat glamour. Seluruh kerajaannya yang juga sangat mewah. Dan yang paling kusayangkan, aku tidak melihat hubungan yang sangat intens antara Fetih dan Allah SWT.

Bagaimana ia salat malam, berdoa, mengambil keputusan, jarang sekali Allah diikutsertakan. Bahkan saat Fetih labil, karena belum berhasil menghancurkan benteng, Fetih menarik lepas tasbihnya.

Lalu uring-uringan ga jelas macem orang yang gak kenal Allah. Nah, kurasa Muhammad Al Fatih yang ku kenal tidak seperti ini

Satu lagi yang aku sesali, ku melihat tokoh jagoannya di film ini adalah Hassan. Seorang panglima pasukan yang mengorbankan nyawanya agar bendera Ustmani berkibar.

Sedangkan Fetih terlihat bossy, tukang perintah dan ngomel, hheuheu..

3. Nilai-nilai Keteladanan
Nah, banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik dari kedua film ini.

1) Leadership
Keduanya bisa dijadikan teladan dalam hal kepemimpinan.

Umar bin Khattab sosok pemimpin yang begitu mengayomi rakyatnya. Selalu meminta pendapat mereka, hingga menjadi tempat mengadu tentang segala permasalahan.

Sampe aku menilai, "ih kok orang di zaman Umar bin Khattab tukang ngadu semua ya"

Seperti, "Ya Amirul Mukminin aku dizolim oleh kawanku", atau urusan perjodohan, hingga pembebasan sebuah negeri.

Beliau sosok pemimpin dengan hati super lembut, mudah menangis karena Allah, tapi amat garong jika sudah berurusan dengan musuh. Sukkkak!

Fetih juga keren. Beliau pemimpin yang tegas, punya visi jelas, pantang menyerah, optimis, dan punya harga diri.

Fetih mengingatkanku pada Erdogan, yang berani mencak-mencak di depan batang hidung Ariel Sharon. Berani mengancam dan menunjukkan kebenciannya pada Israel dan Amerika.

Fetih pun secara tegas mengecam Konstantin, bantuan pasukan dari Romawi, dan Hungaria. Langsung menyatakan perang tanpa mundur satu langkah pun.

Sultan kalau kita bangun benteng di sini, pasukan Konstantinopel akan menyerang kita | Bah! kita akan berperang! Hidup mulia atau mati sebagai syuhada.

Dzing!

sambil Fetih melemparkan pedang yang langsung tertancap di peta Konstantinopel.

Peff..drama emang





2) Amal Jamai (ini kek materi apa gitu)
Yup, sebuah kemenangan selalu diperoleh dengan perjuangan secara berjamaah. Bahu membahu untuk mencapai sebuah tujuan. Tak peduli siapa yang di bawah, di tengah, atau yang berkibar paling tinggi.

Dalam film Fetih misalnya, terlihat jelas bagaimana kerja sama menjadi hal yang amat penting. Bagaimana pembagian tugas untuk seluruh pasukan.

Ada prajurit yang menggali ke bawah tanah. Pekerjaan yang terlihat kotor, seperti kuli, dan tidak terlihat keren. Ditambah mereka lalu meledakkan dirinya di bawah tanah untuk menghancurkan benteng.

"Kita tidak akan mati sia-sia kawan" lalu mereka bersyahadat bersama-sama, daan....

"BOOOMMM!!!!"

owwh kereen!

Ribuan pasukan syahid. Ada yang terkena panah, ditembus tombak, dihunus pedang, dihantam meriam, dibakar musuh, digantung, dan banyak syuhda lainnya yang hari ini sama sekali kita tidak kenal namanya, tapi punya andil besar.

dan mungkin derajatnya jauh jauh lebih tinggi dari kita.

Hanya satu nama yang berkibar: Muhammad Al Fatih. Namun, kesuksesannya tak pernah lepas dari kerja ratusan ribu pasukan terbaiknya.

Dan banyak lagi pelajaran yang bisa kita ambil. ehe

Owkay, segitu dulu review filmnya. Ulasan ini sungguh sangat subjektif dan suka-suka penulis menilainya, wkwk

Ku sarankan kalian untuk menonton karena ada banyak pelajaran berharga yang bisa kalian petik. Sekaligus refrensi tambahan selain film hollywood, atau drama korea, hehe..

Hemm..jadi...apakah kalian cukup tangguh untuk menonton kedua film tersebut??

Sekian dan terima kasih.


You Might Also Like

0 komentar

Instagram