Simfoni Semesta

3/02/2017 06:43:00 AM

Aku sudah berjuta-juta kali mengelilingi bumi. Aku hafal benar berbagai macam tabiat manusia. Kau tahu, jika ada makhluk paling bodoh, buta, bolot, sok tahu, dan sombong, maka itu adalah manusia.
Aku menghirup nafas dalam dalam.
Musik menghentak tidak karuan. Puluhan ribu lautan manusia larut dalam irama musik. Bernyanyi dan berdansa dengan bahagia. Tata cahaya warna warni dengan desain sempurna semakin membuat suasana semarak. Sebagian mabuk, sebagian ngobat, sebagian bahkan sudah ambruk. Tertatih-tatih dibopong kawannya.
Waktu menunjukkan pukul tiga dini hari, tapi lautan manusia ini belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Musik masih berdentum-dentum memenuhi angkasa.
Aku bosan menunggu. Muak melihatnya.
Aku hirup nafas dalam dalam. Memejamkan mata, dan mendengarkan baik-baik simfoni semesta.
Ku tatap langit.
Ada triliunan bola api raksasa yang ukuranya berkali-lipat dari matahari. Triliunan bintang ini selalu bergemuruh, bergerak, berotasi dan berevolusi menjelajah semesta. Lamat-lamat kunikmati gemuruh triliunan bintang bertasbih memenuhi semesta.
"Subhanallah..Subhanallah.."
Ada juga nebula-nebula cantik warna warni berukuran raksasa. Awan-awan di angkasa ini selalu bergerak, aktif melahirkan bintang-bintang baru. Lirih ku dengar mereka bertasbih memuja Tuhannya mewarnai ruang-ruang hampa angkasa.
"Subhanallah..Subhanallah.."
Juga ratusan bongkahan batu sebesar lapangan sepak bola. Tertarik gravitasi bumi. Masuk, melesat, jatuh dengan kecepatan tinggi karena takut akan Tuhannya. Dalam kobaran api dan kondisi badannya yang semakin lama semakin terkikis tujuh lapis atmosfer bumi, ku dengar mereka bertasbih mengagungkan Tuhannya.
"Subhanallah..Subhanallah.."
Juga awan awan lebut yang menaungi ratusan juta kilometer persegi permukaan bumi. Berlapis lapis, tak pernah berhenti bergerak dalam siklusnya yang abadi. Sambil menunaikan tugasnya memberi rahmat pada penduduk bumi, tak pernah bosan mereka bertasbih mengagungkan Tuhannya.
"Subhanallah..Subhanallah.."
Juga satu triliun kilometer kubik air di lautan. Selalu bergerak dalam ombak-ombak dan arus samudera yang berirama. Di kedalaman ribuan kilometer yang gelap gulita sampai laut dangkal tempat ikan dan koral warna-warni hidup, sayup-sayup kudengar mereka bertasbih mengagungkan Tuhannya.
"Subhanallah..Subhanallah.."
Juga ribuan kilometer selepas lautan terdalam. Jauh masuk hingga ke inti bumi. Triliunan kilometer kubik magma cair bersuhu ribuan derajat celcius, selalu berputar, menggerakkan lempeng-lempeng benua dan samudera. Juga ribuan kilometer kubik besi dan nikel padat bersuhu 6000 derajat celcius yang menjadi pusat gravitasi di bumi. Dalam tekanannya yang amat tinggi, dengan gagah mereka selalu bertasbih memuji Tuhannya.
"Subahanallah..Subhanallah.."
Juga triliunan ikan di laut, triliunan semut-semut di tanah, triliunan pohon-pohon di bumi, triliunan hewan hewan melata, serangga, mamalia, amfibi, reptil, hinga mikroba tak kasat mata. Tak pernah sedikit pun ku dengar mereka berhenti bertasbih memuji Tuhannya.
"Subahanallah..Subhanallah..."
Ku nikmati seluruh simfoni semesta yang tak pernah berhenti sedetik pun. Seluruh gaung tasbih semesta ini selalu membuatku menciut menjadi seukuran nano. Tak kuasa akan ke-Maha Agungan Tuhanku.
Sungguh hanya manusia yang tidak.
Dalam kebosananku mencatat kebodohan demi kebodohan manusia, ku bertanya-tanya dalam hati,
"Apa yang membuat kalian begitu sombong dan bodoh wahai manusia?"
Seluruh jagad raya bertasbih, hanya kalian yang tidak.
"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." ( Al Isra: 44).

You Might Also Like

0 komentar

Instagram