Citatah 90, Rock You!
5/08/2013 03:36:00 PM"Hei, tuan, itu kamu masangnya yang benar! dogol kamu!" Seru pelatih dengan kesal sambil memukul helm saya pelan. Sakitnya bukan di kepala tapi di hati. haha
"Iya, kang sebentaaar, ini lagi dipasang."Sambil panik dan senyam-senyum aku memasukkan ulang kembali tali ke carabiner.
"Heh, tidak senyum-senyum tuan, bereskan dulu pekerjaan kamu itu!" Untuk yang kesekian kalinya pelatih galak itu mencak-mencak dan untuk kesekian kalinya juga memukul helm saya.
Aku lihat ke bawah, pemanjatanku mungkin baru lima meter, ini masih akan berlangsung lama sekali. Ku tarik nafas dalam-dalam dan menstimulus diriku dengan ini pun akan berlalu..ini pun akan berlalu Ayo semangat qoon!
Tebing yang sedang aku panjat ini namanya Tebing Citatah 90, 90 artinya ketinggian tebing tersebut, ya 90 meter! Coba bayangkan ada bongkahan batu setinggi 90 meter, tinggi menjulang, megah, dan kokoh, mengangkangi kami sombong.
Pertama kali kami melihatnya dari Bekang, sejenis mobil teronton yang kami naiki, aku, Ute, Qoni, dan Cibeng kebagian berdiri di samping jendela sedang curi-curi kesempatan untuk mengintip pemandangan di luar. "Eh, itu tebingnya, itu! cepet liat!liat! keren bangeeet!" Seruku yang baru pertama kali meihat batu sebesar itu. Saudaraku yang lainnya pun segera ber-woow terpesona juga.
Bekang berhenti, seruan pelatih segera bersahutan.
Cahaya-cahaya headlamp pelatih menyilaukan mata-mata kami,
di bawah bayang-bayang tebing di kala malam yang gelap, kami berjalan memasuki
jalan setapak becek-berlumpur dengan ilalang di kanan dan kiri kami, cahaya
kecil headlamp saudara-saudaraku dan carier-cariernya yang menjulang menemani
langkahku.
Tepat di kaki tebing, kami dibariskan dan diberi instruksi selanjutnya.
Tepat dari bawah kaki tebing ini pula, Citatah 90 semakin memukau saja. Aku
tidak bisa berhenti mengucapkan “subhanallah” melihat pemandangan luar biasa
ini. Tebing Citatah 90 ini bentuknya seperti potongan semangka segitiga yang
digigit tengahnya, jadi ada dua puncak yang menjulang dan di antara dua puncak
tersebut ada bidang landai membentuk setengah lingkaran. Wuaah..nanti kami akan berada di puncak itu.. fikirku malam itu.
Selain gagahnya tebing itu yang sudah membuat hati
dag-dig-dug, efek dari teriakan kami beserta gemanya yang dipantulkan tebing
itu juga membuat hatiku semakin bergetar. Ketika pelatih menanyakan pertanyaan
retoris; “siapa kalian?” kami 29 siswa DIKLATDAS menjawab dengan lantang,
“PALAWA!” beserta gemanya sepersekian detik kemudian! Efek gema membuat
teriakan kami semakin membahana.
Setelah diberi pengarahan kami dikondisikan untuk makan
malam. Kami berjalan kembali, kali ini agak menanjak dengan jalan yang lebih
kecil, berlumpur, tanahnya lembek sekali hingga bisa memendam sampai mata kaki,
menerobos ilalang dalam gelapnya malam. Medan ini mengingatkanku saat mendaki
Gunung Guntur.
Makan malam kala itu Alhamdulillah lancar, setelah berusaha,
makananku: ayam kecap, mie, tempe, dan nasi habis juga. Waktu itu ada kendala di
saudaraku Yona yang harus berjuang cukup lama menghabiskan makanannya, dan
saudaraku Ahmad yang harus tumling (roll depan) bolak-balik dari atas ke bawah
karena tidak membawa makan malam. Perut sudah kenyang, saatnya istirahat, tapi
harus buat biovac dulu.
Karena lama mencari pasak yang besar, kelompok saya,
Saudaraku Cakra, Ahmad, Nia, Yona, dan Welly, menjadi kelompok terlama yang
selesai. Setelah ambil jatah satu seri push-up
dan salat kami akhirnya bisa beristirahat.
Baru malam itu, pemandanganku sebelum tidur ialah
tebing-tebing batu nan kokoh yang menjulang di antara ilalang-ilalang, yang
seirama tertiup angin, di bawah langit yang bertaburkan bintang. Nikmat mana
yang kau dustakan, Subhanallah..Perfect! Oneday, harus banget ke sini lagi buat
hunting foto!
Bangun tidur, kami diinstruksikan untuk salat subuh, bongkar
biovac, dan masak untuk sarapan. FYI, medan operasional kali ini tidak seribet
MO sebelumnya, peluit dari kang Step yang biasanya menjerit-jerit menyebalkan
lebih sedikit terdengar, yeay! Sarapan kami waktu itu, nasi, nugget, dan abon,
yang ditemani teh manis hangat.
Oh iya, saat bangun tidur ada sekumulan telur semut dan
kerumunan semutnya di atas golokku dan masuk-masuk ke carierku juga, padahal
sebelum tidur gak ada. Masih kepo kenapa semut itu mengeluarkan telur-telurnya
di sana.
Seperti biasa, sebelum sarapan kami binjas terlebih dahulu.
Binjas diisi dengan pemanasan, jogging sambil
menyanyikan lagu yang baru
diajarkan:
Saya Tunggu Engkau
Saya tunggu engkau, saya tunggu engkau
Rupanya engkau forget to me
Saya tunggu engkau, saya tunggu engkau
Rupanya engkau forget to me
Badan sakit-sakit, jungkir balik di PALAWA
Rupanya engkau forget to me
Rambate rantahayu tarik tambang
Cihhuy!
Di sini aku jadi tambah senang
Andaikan aku burung aku, aku akan terbang
Sebentar lagi menjadi PALAWA
Bangun pagi-pagi untuk ikuti binjas
Guna menguatkan otot kaki-otot tangan
Tak tahan rasanya ingin segera pulang
Pendidikan belum usai
Mau makan jalan jongkok
Sudah makan lompat kodok
Dicaci dimaki dan dibentak-bentak
Wahai pelatihku engkau kejam sekali
Wahai pelatihku betapa jeli matamu
Dengar seruanku, apa isi hatiku
Ku cinta padamu
Dilanjutkan dengan push-up, sit-up, dan back-up, lalu
pendinginan.
Setelah itu sarapan, kami duduk melingkar, makan, dan
pelatih akan berdiri dan berkeliling sambil ngebodor.
Kegiatan utama akhirnya dimulai juga. Kami dibagi
menjadi kelompok besar; Pemanjatan
Vertikal, Traversing, dan Ascending.
Kelompok Ascending dibagi tiga lagi; Ascending, houling-lowering, dan
pengeboran. Kelompokku kebagian Ascending, dan aku, saudaraku Niar, saudaraku
Ahmad, dan saudaraku Nia kebagian Ascending.
Ascending itu, cara menaiki tebing dengan dua alat ascender
dan dua stir-up(tangga dari sling) untuk kaki dan tangan kanan-kiri. Teknik ini
biasanya digunakan pada pemanjatan Himalayan, pemanjatan Himalayan itu adalah
teknik untuk pemanjatan big wall
tebing dengan ketinggian ±120 meter. Teknik Himalayan ini mendirikan basecamp
di dasar tebing, pemanjat akan naik hingga pitch tertentu kembudian turun lagi,
naik lagi sampai pitch selanjutnya yang lebih tinggi lalu balik ke basecamp lagi,
begitu seterusnya. Pemanjatan ini dikatakan berhasil jika sudah ada satu orang
yang mencapai puncak tebing. Nah, untuk naik kembali ke
pitch di atas, untuk memudahkan
menggunakan teknik ascending ini.
Teknik ascending ini tidak terlalu sulit, aku bisa
melewatinya dengan baik. Kami naik sekitar lima meter dengan menaikan ascender
secara bergantian dengan cara pemindahan beban. Prinsip ascender itu, naik jika
digeser dan mengunci ketika dibebani, jadi ascending dilakukan dengan
pemindahan beban, saat kaki kanan naik, beban bertumpu pada kaki kiri begitu
seterusnya.Kemudian rapeling(turun) dengan menggunakan simpul prusig dan figure
of eight.
Selesai ascending dilanjutkan dengan houling, teknik ini
untuk vertical rescue. Pemindahan beban dari bawah ke atas. Ada tiga sistem, A,
Z, dan M. Pemasangan sistem ini menggunakan pulley, carabiner, ascender atau
simpul prusig, sling, dan tali dinamis. Sistem A menggunakan satu pulley, beban
dibagi dua, sistem Z=dua pulley, beban dibagi tiga, sistem M=tiga pulley beban
dibagi empat. Kekurangannya, semakin banyak pulley semakin sedikit perpindahan
beban. Yak, sekian pelajaran houling kali ini, hehe..
Setelah itu, kang Oricon mengajari kami cara mengebor batu. Batu
sodara-sodara yang di bor! Haha..untuk mendapatkan lubang sedalam satu ruas
jari saja, lama banget bos! Pengeborannya manual, dengan alat bor yang diketok
dengan palu sambil diputar searah jarum jam. Pengeboran ini baru boleh
dilakukan jika tebing benar-benar tidak memiliki celah atau rekahan. Karena
sifatnya yang permanen dan merusak tebing, sebisa mungkin cara ini dihindari.
Hari semakin siang, setelah salat zuhur dan minum beberapa
teguk air, kegiatan dilanjutkan kembali. Kelompok yang kebagian pemanjatan
vertikal masih bercokol di tebing, aku lihat saudaraku Najib kebagian jalur
yang paling sedikit rekahannya, kelihatannya saudaraku najib kesulitan sekali,
apalagi dipandu pelatih yang terlihat galak sekali, sering sekali rasanya
kepala najib mendapat pukulan pelan, sebagai teguran dari pelatih.
Kelompok kami melanjutkan pada kegiatan Traversing. Traversing
itu pemanjatan kesamping, gunanya untuk
berpindah jalur jika pada jalur awal
sulit menemukan pengaman. Tata cara pemanjatan sama seperti pemanjatan vertikal
bedanya hanya jalurnya yang horizontal. Leader kali ini oleh saudaraku Nia,
saudaraku Niar sebagai orang ke-2, aku orang ke-3, dan saudaraku Ahmad sebagai
cleaner. Semuanya berjalan normal, beberapa kali mendapatkan jatah seri karena
kesalahan klasik; menjatuhkan alat dan menginjak tali.
Kegiatan hari itu selesai, kami minus tiga kelompok yang
sedang pemanjatan vertikal duduk melingkar dan makan snack. Hingga hari mulai gelap, beberapa leader
mulai melakukan cleaning down. Pemanjatan vertikal hari itu akhirnya selesai
juga.
Beberapa bintang mulai bermunculan, cahaya headlamp para
pelatih juga sudah mulai menyilaukan. Kegiatan selanjutnya adalah membuat
biouvac dan memasak makan malam. Kali ini kelompokku tidak lelet lagi! hehe..
Aku dan saudaraku Yona menyiapkan makan malam; sosis, apel,
nasi, teh-susu, dan bumbu pecel, saudaraku Cakra, Nia, dan Ahmad yang
mendirikan biouvac. Selama pembuatan kami ditemani pelatih-pelatih yang terus
bercuap-cuap, menyuruh kami berteriak-teriak, dan bernyanyi. Kalo boleh, rasanya
pengen nyumpel mulut pelatihnya pake rumput-rumput, hehe… bercanda pelatihku
tersayang :P
KF : Kamu masak apa tuan? Cuma itu? Instan sekali, tidak ada
sayurnya?Sayur itu penting ya tuan, untuk mengganti vitamin kamu! Minuman
kalian apa tuan? Teh manis lagi? apa tidak bosan itu? Kalian jorok sekali! Ini dibereskan
ya tuan!
Dan bla..bla..
atau pelatih lainnya
atau pelatih lainnya
KP : Tuan 025 coba kamu semangati itu saudara-saudara
lainnya!
025: AYO SEMUANYA SEMANGAT YA!! *teriak sekuat tenaga*
KP : Kalau saya, tidak akan semangat disemangati seperti
itu! Coba teriakannya lebih keras, kamu ini jangan lenje ya tuan!
025: *sabar..sabar..* AYO SAUDARA-SAUDARAKU SEMANGAT YA
SEMUANYAAA! Udah tuh kang..
KP: ah, tidak ada semangatnya itu tuan..
025: tapi temen-temen yang lain jadi semangat kok..*melet dalem hati*
Cuap-cuap lainnya:
KP: coba tuan, apa visi misi kamu ikut palawa? Kamu Cuma ikut-ikuatn
doang ya? Pasti kamu gara-gara nonton film 5 cm ya? *jawab pertanyaan* ah kamu
bohong tuan! *lah?serah deh kang, seraaah*
Akhirnya makan malam berlangsung juga, seperti biasa ditemani akang-teteh pelatih yang nge-bodor.
KP: Coba itu, tuan 025 mana suarnya kerupuknya?
Tau aja akangnya kerupuk kelompok kami melempem
025 : eh, melempem kang..
Kang Step langsung ketawa girang banget, “makanya dikerokin
dulu itu kerupuknya biar anginnya keluar” -_____-
Saat makan malam, saudaraku Yona yang sedang masuk angin
muntah karena mual. “Ayo semangat saudaraku Yona!” kata saudaraku Uji dan Eci
menyemangati.
Acara dilanjutkan dengan apel malam. Untuk malam ini,
kesigapan kami harus dibayar dengan satu seri jongkok-berdiri dan push-up
menggunakan carier! Yeeeee! Lawak banget lah ini, gak pake carier aja push-up
nya belom bener, haha :D
Kegiatan malam itu berakhir juga dengan terlelapnya kami
semua di dalam biouvac. Tidak terasa pagi menjelang, saudaraku Cakra
membangunkan, menginstruksikan untuk salat subuh, bongkar biouvac, dan masak
sarapan. Menu sarapan waktu itu: nugget, apel, sarden, nasi, dan teh manis
hangat.
Ada kejadian memalukkan sewaktu sarapan, haha :D
TG: Tuan Qoonita kamu pusing tidak?
Q : Eh, enggak teh..
TG : Tadi malam itu, kapala kamu keluar dari biouvac!
Q : eh iya teh? *salting*
TG : Kamu ditendang ya sama saudara kamu? Siapa itu yang
tidur di sebelah kamu?
Q : Eh, enggak kok teeh, haduuh saya juga bingung teh *senyam-senyum*
TG : Besok-besok kalo
kamu tidur, kepala kamu dipasangkan costel ya tuan, kalau perlu dua, biar aman
itu
*semuanya ketawa*
*aku cengangas-cengenges*
Akhirnya kegiatan inti dimulai lagi. Kelompok kami hari ini kebagian pemanjatan vertikal. YEEEEE!! Sepertinya menyenangkan sekali. Sewaktu simulasi aku kebagian menjadi cleaner.
Pemanjatan vertikal dengan rope management atan manajem tali ini dilakukan untuk memaksimalkan tali yang ada dengan jumlah pemanjat.
Aku sangat menghindari menjadi leader karena tugasnya yang berat dan kemampuan saya yang minim, huee :'(
Kang Step yang memandu kami mempersiapkan alat. Kami melakukan pengecekan alat dan memasang harnest,
nih kenalan dulu deh sama alat-alatnya :
gak sebanyak ini juga sih, kira-kira alat2nya seperti ini |
carabiner |
KS : Waktu traversing siapa yang jadi leader?
A : Saudaraku Nia kang
KS : Berarti sekarang...
*saat-saat menegangkan*
KS : hemm..
Qoon : *sok sibuk masang harnest sambil nunduk*
KS : Tuan Farah Qoonita yah!
JGEEEER!
*hueeeeeee.. kenapa gueee sih kang!!!*
Qoon : eh, iya.. Siap Palawa!
Yak! jadilah tuan 025 ini harus menerima takdirnya sebagai leader. Kelompok lain leadernya cowok semua, cuma aku doang. Oke! PASTI BISA, BISA! cuma masang-masang pengaman doang kok aku mencoba menguatkan hati.
Aku kebagian di jalur ke-2, tingkat kesulitannya sedang lah. Aku amati betul jalur itu untuk menentukan di celah mana pengaman akan aku pasang. Sedang asik-asik mengamati datanglah pelatih berbaju ijo, datang dengan gaya jalannya yang petantang-petenteng.
glek.
Itukan pelatihnya saudaraku Najib, yang galak itukan, huee.. :''
Namanya kang Margo, sebenernya kang Margo pelatih yang kece, sangat menguasai rock climbing dan mengajarkan hingga kedetailnya, tetapi cara mengajarkannya itu loh... harus sering membesarkan hati.
KM : Tuan, coba jelaskan pengaman kunci dan pengaman emas!
Q : ehhm, kalo pengaman kunci pasti emas, kalo emas belom tentu kunci kang.
KM : Maksudnya apa itu? coba dijelaskan lagi
Q : Ehhm.. *bingung* gimana ya kang? *masam-mesem*
KM : Heh, kamu jangan senyam-senyum begitu ya tuan! itu berarti kamu tidak menghormati saya, gaya kamu itu tidak seperti peserta diklat tuan!
*mulai tertekan*
Kang Step boleh milih aku jadi leader, tapi kang Margo gak boleh larang aku untuk tersenyum. Tersenyum ialah solusi untuk semua keadaan. Entahlah, sudah sejak dulu, kalau takut aku tersenyum untuk menenangkan diri, kalau pusing tersenyum, bingung tersenyum, semuanya disikapi dengan senyum, pokoknya susah banget untuk tidak tersenyum. Gak tau kenapa, emang akunya yang aneh kali yaaa, huee :'(
Kang Margo pun menjelaskan,
"Pengaman pengunci itu tidak akan lepas walaupun digerakkan ke segala arah, yang bisa digunakan itu natural anchor dan piton, Pengaman emas, tidak bisa digerkan ke atas, bisa menggunakan chock, cam, friend, dan natural anchor, mengerti kamu?"
"Mengerti kang"
Dengan mengalungkan 3 friend, 3 chock, 1 palu, 10 carabiner, 10 sling, 3 piton, 1 chocker, 1 prusig, di selempang kanan dan kiri Aku pun memulai pemanjatan, bismillahirrahmanirrahim..
Qoon: Belay on
Ahmad: On belay!
Kang Margo membimbingku menggunakan teknik ascending.
Dari sinilah, awal mula 6 jam bermain-main di tebing, dari awal mulanya excited sampe muak dan pengen banget sampe tanah lagi.
KM : Nah, mana pengaman pengunci kamu?
Q : Ini kang! *aku menunjuk lubang tembus*
KM : Coba lihat itu, kira-kira kuat tidak, apa syarat lubang tembus yang baik tuan?
Q : Oh iya, harus sebesar telapak tangan kang, hehe
KM : Senyam-senyum lagi kamu, heeeuh.. dogol *sambil mukul helm*
Q : Yang itu kang! *aku menunjuk yang lebih besar*
KM : Yaak benar
Q : *mulai memasang sling*
KM : Tuan! kalau seperti itu bisa robek slingnya, dihaluskan dulu batuannya, dogol
Q : *lah, mana gue tau* *ambil palu* *menghaluskan sisi batuan* sudah kang
daaan percakapan itu terus berlangsung, kedogolan-kedogolan terus terjadi, terus..terus..hingga sampai di pitch.
Sewaktu memasang friend, kena omel karena tidak becus memilih rekahan.
Sewaktu memasang piton, kena omel karena tidak bertenanga memalunya sehingga pitonnya tidak kunjung masuk ke dalam rekahan tebing.
Sewaktu memasang chock, kena omel karena tidak pas antara sisi chock dan tebingnya.
Pemasangan pengaman ini lebih sulit dari saat traversing bersama teh Gita. Walaupun sudah kuat menancap selalu ada saja yang kurang kuat di mata kang Margo. Seperti yang aku katakan tadi beliau detail sekali mengajarkannya.
Kadang kang Margo meledekku karena kakiku yang bergetar, haha :D
KM : Tuan, itu hp nya diangkat dulu, mode getar ya, hahaa
Q : *cuma bisa senyam-senyum*
KM : Kamu bisnis konveksi celana jeans ya tuan, banyak pesanan ya tuaan! *ketawa ngeledek*
Q : *maaf dong kaang, gak tau kenapa bergetar gini*
Atau nawar-nawarin beng-beng dan minum di depan aku. Padahal waktu itu aku lagi hauuus sekali. Sabar Qoon..sabar Qoon..
Akhirnya tibalah aku di pitch 1! YEEEEEEEEEE :D setelah pasang tambatan utama dengan simpul clove hitch dan pengaman tambahan dengan simpul figure eight on bike, aku akhirnya bisa menggelantung dengan tenang. Tugasku kini membelay saudaraku Ahmad.
Alhamdulillahnya lagi, Kang Margo turun, digantikan dengan kang Ikhsan. Setidaknya, kang Ikhsan tidak mempersalahkan sikapku yang suka senyam-senyum. fiuh..
Satu persatu saudara-saudaraku naik. Aku yang tadinya masih takut-takut berada di tebing sudah mulai terbiasa, sudah woles banget gelantungan di tebing sambil pindah kanan-kiri.
ilustrasi, suasana di pitch |
Kira-kira seperti itulah suasana di pitch. Sempit-sempitan, leader yang menggantung paling lama dan paling terpojok. Kami harus berbagi tempat agar semua bisa kebagian.
Aku bosan sekali menggantung disini. Harnestnya menekan tubuhkan, rasanya darahku berhenti. Kalau sudah pegal aku mengganti-ganti posisi. Mencabut-cabut bunga kecil dan tumbuh-tumbuhan di tebing, melihat puncak Citatah 90, melihat pelatih-pelatih dan saudara-saudaraku yang sedang berkegiatan di bawah, semuanya sudah aku lakukan, bosan sekali rasanya.
Aku jadi bersyukur, Allah menakdirkan kita tinggak di tempat horizintal. Alhamdulillah.. Betapa ribetnya sodara-sodara :O
Kemudian, satu persatu saudara-saudaraku turun. Rasa hausku semakin menjadi-jadi. Pemandangan ke bawah ialah saudara-saudaraku 28 siswa DIKLATDAS minus aku sedang membentuk lingkaran menyiapkan snack. Andai makanannya bisa dilempar ke atas sini, hueuee :p
Tinggallah aku dan kang Ikhsan, karena waktu yang sudah mepet, aku tidak perlu melakukan cleaning down, yeaaaah :D
Aku banyak dibantu kang Ikhsan yang kayaknya udah gemes sama pergerakan aku yang lelet, hehe..
Setelah memasang simpul prusig di tali utama, memasang figure of eight, dan melilitkan tali di paha sebagai pengunci aku bersiap untuk rapeling. Tali di paha aku urai dengan menggerak-gerakkan kaki.
Huaaaaah... rapeling adalah saat-saat terindah dalam hidupku *lebay*
Seneng banget ketika kaki sudah menyentuh tanah. Kalau boleh berekspresi pengen banget teriak
"DARATAAAAAAN!" *sambil nyium-nyium tanah*
Hahaha! tapi gak mungkin, nanti bisa di tumling sama kang Step
Untuk keleletan kelompok kami, kami harus ambil jatah 1 seri loncat monyet dan tumling 30 meter bolak-balik, bumi berputaaar! @.@
Akhirnya, kami 29 siswa DIKLATDAS PMPA PALAWA Unpad selesai mengikuti Medan Operasional 2; Rock Climbing :))
Akhirnya, kami 29 siswa DIKLATDAS PMPA PALAWA Unpad selesai mengikuti Medan Operasional 2; Rock Climbing :))
Seneng banget punya pengalaman rock climbing! :D
Yak, selesailah sudah cerita Medan Operasional 2 Rock Climbing tanggal 3,4, dan 5
Sampai jumpa di Susur Gua yaaaaa :D
ini suasana packing H-1 Keberangkatan. Penuh huru haraaa! |
0 komentar