Medan Operasional 1: Arung Jeram

4/12/2013 01:11:00 PM

SIAPA KALIAN!


PALAWA!

SIAPA KALIAN!

PALAWA!

SIAPA KALIAN!

PALAWA!!!

Qoon si Tuan 025; peserta pendidikan dan latihan dasar PMPA PALAWA UNPAD

PALAWA..PALAWA..PALAWA..
Sudah dua minggu ini kata itu selalu bergaung-gaung dalam hidupku. PALAWA memang sangat menyita waktu bermain dan istirahatku. 

Semenjak tanggal 26 Maret, materi dan binjas, bina jasmani mulai dilakukakan. Kami diberikan tiga lembar jadwal PALAWA kami hingga akhir Juni, isisnya jadwal materi, binjas, simulasi, dan medan operasional, kami juga diberikan dua lembar list peralatan yang harus kami penuhi saat medan operasional nanti.
saat materi pengenalan peralatan arung jeram
Aku jelaskan sedikit ya, ada empat Medan Operasional yang harus kami lalui sebelum dilantik menjadi anggota muda PALAWA yaitu, Medan Operasional Arung Jeram, Rock Climbing, Caving, dan Gunung hutan. Setiap medan operasional diseling tiga minggu untuk mempersiapkan materi dan latihan fisik. 

Jadilah setiap minggu, setidaknya tiga sampai empat hari ada kegiatan PALAWA rutin hingga akhir Juni nanti. Artinya qoon tidak bisa pulang ke Jakarta hingga Juni nanti, hahhaaa :D Selain itu, karena mengikuti latihan dasar ini, aku harus benar-benar pintar dan bijak mengatur waktu agar kegiatan perkuliahan, PALAWA, dan   BKI bisa seiring sejalan. 

Waktu tidur dan kongkow-kongkow harus dikorbankan, waktu luang harus benar-benar dimanfaatkan, untuk menjaga kesehatan dengan rutinitas yang padat; jadwal makan tidak boleh ada yang terlewatkan, minum madu menjadi satu hal yang rutin, pulang malam jadi biasa, tidur larut malam juga jadi biasa, ibu kos bahkan sudah menyesuaikan jadwal menggembok pintu dengan jadwalku, hehehee.. :P 
Intinya hari-hariku yang tadinya wolesss dan suantai  menjadi riuh penuh huru hara! wuaaaa :D

Dua minggu berlalu, banyak sekali pelajaran baru yang aku dapatkan mengenai Arung Jeram, seperti sejarah Arung Jeram, peralatan Arung Jeram, jenis-jenis arus, dan self rescue, setelah menjalankan simulasi arung jeram di Cekdan Unpad dan belajar membuat bifak di Arboretum, tiba juga saatnya aku berangkat ke Citarum untuk Medan Operasional 1 tanggal 5, 6, dan 7 April 2013!
Suasan saat pengecekan alat di sekre bersama
Sehari sebelumnya kami melakukan pengecekan alat di sekre bersama. Setiap alat satu persatu sesuai list diperiksa, yang tidak sesuai apalagi tidak membawa ambil jatah satu seri untuk satu barang. Satu seri itu artinya jongkok-berdiri sebanyak 25 kali. Setelah heboh cari barang kesana-kemari, aku dapat jatah kira-kira 6 seri jongkok-berdiri! wakakak mantaaap :D

Oh iya, untuk Medan Operasional kami dibagi dalam enam kelompok. Aku termasuk dlam kelompok 5 bersama, Fika(Antropologi), Anggi(Ekonomi), Ikhtiar(FTG), dan Randi(Humas, FIKOM).

Besoknya, setelah berjuang wara-wiri lagi melengkapi barang-barang yang belum sesuai dan kurang akhirnya semua barang-barangku lengkap dan siap mengikuti Medan Operasional Arung Jeram. Huyeeee!

Kami berkumpul di sekre bersama sekitar pukul 16.30, setibanya di sana saudara-saudaraku, sebutan untuk teman-teman PALAWA, sudah heboh sedang packing ulang, menjahit bet PALAWA, dan mengisi kompan dengan air. Pukul 17.00 menurut jadwal seharusnya kami sudah berangkat, tetapi nyatanya kami masih sibuk packing, hehe.. ini membuat para pelatih datang sambil mencak-mencak.
"Ngapain baru packing sekarang! dari tadi pagi ngapain aja?!" sambil memukul pelan topi salah satu saudara kami. "Cepet cepet! mau berangkat jam berapa ini!" dan bla..bla..bla.. ocehan mereka sampai akhirnya carrier-carrier kami sudah berbaris rapih di depan sekre bersama.

Selanjutnya, kami melakukan apel keberangkatan. Carrier kami yang berisikan barang-barang logistik, seperti beras, jaket, ponco, nesting, golok, veldpless, kompan yang berisi 5 lt air, sarung, sandal, dan sarden, sudah berada di punggungku. Ini bawaan terberatku, lebih berat dari carrier ku saat ke Guntur dan Papandayan.

Hari sudah menjelang senja, apel keberangkatan telah selesai, kami dibagi ke dalam dua teronton, dimasukkan dengan berbaris menghadap depan, tidak boleh menoleh. Semua dilakukan dengan taktis, sigap, dan cepat. Tidak ada gerakan santai apalagi sambil ngobrol-ngobrol! Diperjalanan, Alhamdulillah kami boleh duduk, bahkan diperkenankan untuk tidur. Aku yang memang kurang tidur langsung memanfaatkan kesempatan ini. Sesekali para pelatih meneriakkan seruan,
"Perjalanan masih jauh!"
dan kami menjawab kompak "SIAP MASIH JAUH!"
"artinya?"
"JALAN TERUUUS!"

sepanjang perjalanan, kami disuruh menyanyikan lagu: Olababaca, Si Dogol

Olalababaca
Olababaca..hari ini hari luar biasa
Olababaca.. lagu kami melayang di udara
Ayo ayo! Ayo semua,
mari bernyanyi dan bersuka ria
hilangkan duka!
di bawah panji PALAWA!

Si Dogol
Si dogol latihan PALAWA
Si dogol latihan PALAWA
Lari-lari tiap pagi
Jalan jongkok setengah mati
Si Dogol.. Jadi kuat lagi.

Aku dibangunkan kondisi jalan yang buruk yang membuatku terlonjak-lonjak. Suasana waktu itu gelap, di depanku tumpukan carrier 60-70 lt dengan bet PALAWA, wajah saudara-saudaraku samar-samar terlihat. Saat aku masih mengerjap-ngerjap mengumpulkan nyawa, seruan pelatih sudah terdengar lagi,
"Bangun Tuan-tuan! kita sudah sampai!" 
serempak kita menjawab "SIAP PALAWA!"

Lalu kami berdiri, balik kanan, dan turun dari tronton. Carrier diestavetkan turun ke bawah. Kami kembali memanggulkan kembali beban berat tersebut.
PRIIIIIIIIT..PRIIIIIIIIIIT..PRIIIIIIT...!
bunyi peluit tiga kali yang ditiupkan dan-op( Komandan Operasional) menjerit-jerit, itu artinya kami harus berkumpul dan berbaris di lapangan.

Dengan perut keroncongan, karena terakhir makan pukul 15.00, aku berbaris. Dalam remang-remang, awan yang mendung, siluet para pelatih, silau headlamp, pemandangan carrier-carrier yang menjulang, dan suara jeram dari Sugai Citarum, Kang Stevanus sang Dan-Op menginstruksikan kami untuk membuat bifak sebagai tempat kami tidur malam ini. kang Step memberi waktu 20 menit saja, tetapi karena kami kurang sigap, 2 bifak itu baru selesai 2 jam kemudian! wuahahaha :D emang dasar amatir -__- , rekor anak PALAWA ialah 3 menit untuk satu bifak, wew! 
Setiap 20 menit sekali peluit dibunyikan, dan karena belum siap kami harus ambil jatah satu seri push-up. Jadi total kami mendapat enam seri! Kami harus menahan rasa haus, lapar, dan lelah, kami harus membuat bifak sambil diselingi push-up berseri-seri. ulalaa~

Walaupun lama sekali, tetapi kelompokku yang  tercepat menyelesaikan bifaknya! :D

Setelah bifak-bifak kami selesai, kami dikumpulkan untuk makan malam! Kami makan sambil duduk melingkar dengan ditemani dua lilin per kelompok, duduk bersila, mencopot topi rimba, berdoa, menyanyikan lagu syukur dan Alhamdulillah.. akhirnya makan :')

Makan kali ini, dibawa masing-masing dari jatinangor, aku membeli daging empal dan kentang kering, yang ternyata empalnya kueraaas banget! tega ya, padahal aku lagi laper :'( mau minta sama saudara-saudara juga gak enak, mereka lahap banget makannya. Alhasil aku makan pake kentang kering dan daging secuiil-cuil yang masih bisa aku gigit. Nasi dan lauk harus habis, sayangnya karena lauk yang tidak memungkinkan, aku harus sediktit tricky dalam menghabiskannya, hehe.. :P aku bungkus nasi dan empal batu itu secara cepat agar tidak ketahuan pelatih, muehehehe :P

Selesai makan, kami diinstruksikan untuk mengganti baju lapangan kami dengan baju tidur, salat magrib dijamak isya, lalu tes kesehatan. Alhamdulillah kondisiku sehat wal afiat. Setelah itu akhirnya kami beristirahat.
Malam pertama, tidur di dalam bifak tidak terlalu menyenangkan. Banyak serangga-serangga yang ikut mengganggu balik karena sarang mereka kami ganggu. Tangan dan kakiku bentol-bentol :'(

Pukul 4.00 pagi, pelutinya Kang Stevanus sudah meraung-raung lagi, sambil panik karena topi rimba dan headlamp aku entah dimana, akhirnya aku ke berbaris di lapangan tanpa mengenakan topi dan headlamp, tapi Alhamdulillahnya gak kena jatah satu seri tuh, fufufu~ Apel pagi kali itu menginstruksikan kami untuk bongkar bifak, masak sarapan, dan salat subuh. Barisan dibubarkan kembali, dengan berlari kami kembali ke bifak masing-masing, langsung bagi tugas; ada yang menyiapkan sarapan dan membongkar bifak.

Menu sarapan kami ialah nasi, tempe kering, dan abon, Alhamdulillaaah :')

Entah, karena saat simulasi aku bertugas memasak nasi, selama medan operasional 1 ini aku selalu bertugas memasak nasi. Gak di rumah, gak di PALAWA sama waeh.. 
Nesting-nesting dan kompor lapangan dikeluarkan, aku mulai memasak nasi, beusaha memasak dengan porsi yang pas agar aku tidak kesulitan menghabiskan makanannya. Anggi memasak air untuk mengisi veldples kami yang sudah kosong dan membuat teh manis hangat. Fika menyiapkan perlengkapan makan, sementara Tiar dan Randi membongkar bifak dan kembali mempacking ponco-ponco.

Lagi-lagi kelompok kami yang pertama siap! huehehe.. yaiyyalah orang cuma masak nasiii -__-

Makanan dan teh manis hangat sudah sangat menggoda, kami dikumpulkan kembali di tengah lapangan, yang kurang sigap seperti biasa ambil jatah satu seri. Aku kira kami akan dikondisikan untuk makan, ternyata malah binjas, wueek.. SEMANGAT SEMANGAT! :D

Binjas pagi itu, lari keliling lapangan, kira-kira setengahnya gor jati 5 kali, push-up, sit-up, dan lain-lain gak tau namanya, hehe :D

Setelah itu akhirnya sarapan! :')


Setelah selesai sarapan yang menyenangkan karena nasiku tidak terlalu banyak, kami semua diperintahkan kembali ke tempat bivoac masing-masing, untuk mem-packing kembali carrier kami.Dengan sedikit berlari kami menuju tempat bivoac lalu dengan tergesa-gesa menyiapkan carrier.

Bunyi peluit tiga kali sudah menjerit-jerit kembali.

Satu-Dua-Tiga! HOP! Dengan mengerahkan segenap tenaga aku angkat carrier itu agar tergendong di punggungku.Selanjutnya, semua peserta latihan dasar segera berlari menuju tengah lapangan dan berbaris.Dan-Op menyebutkan acara hari ini yaitu pengarungan pendek.

Selanjutnya kami dibawa menuju tempat peralatan arung jeram disimpan.Kami semua memakai helm, pelampung, dan membawa satu dayung.Setelah semua saling mengencangkan backle pelampung dan helm kami di bawa kembali ke lapangan awal. Di depan lapangan tersebut mengalirlah dengan deras air di Sungai Citarum selebar 10m,
“Kamu tuan 005!Takut tidak melihat jeram itu? Nanti kita berenang di sana ya tuan.” Tanya pelatih
“Siap, tidak takut teh!”Tuan 005 menjawab dengan tegas.
“Kamu tidak takut tuan! Nanti kamu jangan pakai pelampung dan helm ya!” emang serba salah menjawab pertanyaan dari pelatih, hihi..
Tuan 005 pun bingung harus menjawab apa..
“Tuan-tuan, rasa takut itu harus ada, makanya kita memakai pelampung dan helm ini, tapi harus bisa dikontrol, mengerti tuan-tuan?”Pelatih menjelaskan.
Kami semua serempak menjawab, “SIAP PALAWA!”

melihat dan mendengar jeramnya membuatku semakin tidak sabar untuk merasakan ber-arung jeram di sana. Sepertinya sangat menyenangkan!

Kami dikumpulkan di tepi sungai, Kang Step lalu menjelaskan tentang self rescue, teknik mendayung, dan jeram-jeram yang terlihat dari tepi sungai itu.Aku coba jelaskan ya, siapa tahu kalian ada yang tertarik ber-arung jeram, hehe :)

Dalam ber-arung jeram, tentu semua ingin selamat dan sehat walafiat, tetapi seandainya ada trouble inilah yang harus kita lakukan.

Misal, perahu kita flip(terbalik) karena terkena jeram, seluruh awak pun terlempar dari perahu:
Pertama dan selalu ditekankan: JANGAN PANIK. Kedua, kalau perahu masih dekat dan memungkinkan untuk naik perahu segera kembali ke perahu.Jangan lepaskan dayung apapun yang terjadi kecuali sudah bertaruh nyawa. Nah, kalau tidak memungkinkan kembali ke perahu, ada dua jenis gaya renang pada sungai berjeram; defensive dan offensive. Gaya renang defensive ialah gaya renang telentang dan mengikuti arus dari hulu ke hilir, kaki harus sejajar dengan tubuh agar tidak terkena atau bahkan tersangkut bebatuan di bawah sungai. Kepala menghadap hilir agar mengetahui ada rintangan apa saja di depan, tangan untuk mengarahkan ke kanan atau ke kiri yang juga untuk menghindar dari rintangan. Gaya renang offensive sebaliknya, gaya renang ini untuk mencapai ketepian, berenang melawan arus menuju hulu dengan posisi 45 derajat sehingga dengan kekuatan renang dan dorongan arus terseretlah kita ke tepian sungai. Renang ofensif ini memang butuh tenanga ekstra, yah berdoalah banyak-banyak, hihi..

Setelah itu ada self rescue untuk melewati undercut, strainers, dan hole. Wedew, emang banyak banget kenal istilah-istilah baru nih! Aku jelaskan satu persatu.Undercut itu rintangan pada belokan sungai, terjadi akibat arus sungai yang berbelok menghantam dinding sungai selama terus menerus sehingga menimbulkan lubang pada dinding sungai. Lubang ini tidak sesederhana yang kalian bayangkan, lubang ituterus menerus terisi arus deras dan membentuk pusaran. Alhamdulillahnya undercut ini baru ditemukan pada level 4 ke atas, sedangkan citarum ber-grade 3. Cara melewati ini dengan bergerak melewati dinding-dinding sungai, jangan sampai masuk pusaran. Jika sudah masuk pusaran, jangan panik, peluk lutut dan berharap arus kuat akan mengeluarkan kita dari pusaran pada undercut. Serem amat yak! Intinya kalau sudah masuk undercut ini hanya pertolongan Allah lah yang bisa menyelamatkan.

Strainers itu hambatan-hamabatan di sungai, seperti pohon yang tumbang, ranting, atau bebatuan.Cara melewatinya dengan mengangkat tubuh kita melewati batang pohon tersebut. Nah, kan berarti harus bisa pull up, padahal aku kan belom bisa :(. Jangan berenang ke bawah batang pohoh karena kita tidak tahu apa yang berada di bawah sana, mungkin ada pusaran atau banyak ranting sehingga memungkinkan kita tersangkut di dalam air dan kehabisan nafas.

Terakhir hole, jeram ini juga tidak kalah horror. Hole itu terbentuk ketika ada jeram yang jatuh melewati batuan, karena arus yang deras dan batu yang besar arus tersebut kembali lagi membentur batuan, jatuh lagi, kembali membentur lagi, begitu seterusnya hingga membentuk putaran air. Kalau sudah masuk pada hole ini seseorang akan berputar-putar dalam putaran air tersebut, terbentur-bentur batuan, ngeri yaa :( Cara keluar dari sini dengan membentuk canon ball, yaitu kepala menunduk sambil memeluk erat-erat dengkul, seperti membentuk bola. Kemudian berharap arus deras akan menghanyutkan kita keluar dari hole. Lagi-lagi berharap saudara-saudara =.= untuk yang sudah expert, caranya ialah dengan melepas pelampung sehingga otomatis kita akan tenggelam dan terseret arus deras ke luar dari hole.
Yak, itulah sedikit pelajaran tentang arung jeram, hehe..

Selanjutnya kang Step menjelaskan ada jeram apa saja yang ada di sungai di hadapan kita. Kang Step juga menyuruh kami memerhatikan arus, sekilas memang terlihat bahwa arus di sungai itu sama semua, tetapi jika kita perhatikan benar-benar ada arus yang terlihat lebih deras dibanding arus lainnya, itulah yang kemudian disebut arus utama, arus yang digunakan untuk berarung jeram. Di arus utama juga nanti, kami akan simulasi belajar renang offensivedan defensive.

Setelah kuliah singkat dari kang Step, kami mengantri untuk merasakan renang offensivedan defensive. Akhirnya tiba giliranku! Pertama-tama aku harus berjalan dari tepian sungai hingga agak ke tengah untuk mendapatkan arus utama.Aku sangat berhati-hati berjalan menyebrangi sungai ini, arusnya kencang sekali mendorong kaki ku dan batuan yang aku pijak licin.Belum sampai benar-benar di tengah sungai, kakiku sudah tidak kuat lagi menahan derasnya arus sungai.Jadi aku mulai saja renang defensive-nya.Aku telentangkan tubuh dan aku angkat kakiku. Ternyata ini sangat menyenangkan! Air citarum yang dingin dan arus yang tidak terlalu deras, karena aku kurang ke tengah, menghanyutkanku, tubuhku megikuti seirama jeram-jeram. Kalian harus merasakannya juga :D hingga tibalah sampai patokan yang ditentukan, aku harus membalikan tubuhku dan mulai berenang 45 derajat menuju tepian. Sudah hampir menuju tepian, saudaraku sudah menunggu dan melemparkan tali rescue, aku ambil tali itu untuk kembali ke tepian. Yeeee! :D

Setelah itu, giliranku yang bertugas melemparkan tali rescue. Mungkin karena memang tenagaku yang lemah atau ototku yang tidak terlatih. Lemparan tali rescue-ku pendek sekali, wuahahaha :D maaf doong :P
Sampai tiga kali aku mencoba melempar tali rescue ini:
Kang Step: Lemparan kamu pendek sekali, sudah lapar ya tuan?
Qoonit  : Eh, belom kok, *senyam-senyum*
Kang Step: Coba, ulang lagi melemparnya! Tenaganya dikeluarkan ya!
Qoonit  : *ngangguk* *dari tadi juga perasaan tenaganya udah dikeluarin* :''(
*melempar tali rescue*
*gagal lagi* *cengar-cengir*
Kang Step: Ulang lagi!
Qoonit:*kali ini memantapkan hati untuk benar-benar mengeluarkan segenap tenaga* *melempar dengan sekuat tenanga* *lumayan rada jauh*
Kang Step: Nah begitu! Selanjutnya lebih kuat lagi ya!
Qoonit  : Siap kang!
Ahahaha..akhirnya bener juga :P
Yak, setelah semua selesai melakukan renang offensive dan defensive, saatnya kita melakukan pengarungan pendek! :D

Pengarungan pendek kali ini dibagi ke dalam dua sesi karena keterbatasan perahu. Sesi peratama kelompok, 1,2, dan 3. Aku dan kelompok 4 dan 6 dapet giliran sesi kedua.Jadilah kami menunggu kloter pertama sambil mendengarkan ceramah dari para pelatih. Isinya relatif sama, diulang-ulang, mungkin agar kami semakin paham betul tentang teori-teori pengarungan. Rasanya lama sekali menunggu kloter pertama selesai, beberapa di antara kami sudah mulai mengantuk.

Sekian lama menunggu, akhirnya datang juga kelompok 3 sambil portaging, membawa perahu bersama-sama di atas kepala, menuju ke arah tempat kami berkumpul. Pertanyaannya ialah: kemana kelompok 1 yang tidak kunjung sampai itu?

Cerita punya cerita, ternyata mereka tidak bisa menepi ke dermaga karena tidak kompak saat mendayung sehingga mereka terbawa arus sampai akhir pengarungan panjang.Oalah, mereka modus baget, bilagnya aja mau pengarungan panjang dua kali.Hehhehe :P

Allah punya rencana lain, kelompok 4, 5, dan 6 belum bisa ngarung hari ini. Walaupun kecewa karena sudah lama menunggu, kami kembali ke lapangan tempat nge-campsambil portaging river boat.

Di lapangan, kami dibagi tugas, ada yang memebersihkan peralatan arung jeram, ada yang membuat bivouac dan memasak untuk makan malam.Kembali huru hara terjadi, semuanya harus taktis. Para pelatih tidak akan membiarkan melihat kami berleha-leha sedikit saja. Aku selalu kebagian membuat simpul-simpul pada ujung-ujung ponco yang kemudian akan diikatkan pada pasak. Bagian yang paling aku benci adalah membuat parit dengan golok.Entah tanahnya yang terlalu keras atau tenagaku yang sedikit, rasanya sulit sekali mencongkel-congkel tanah dengan golok. Alhasil parit buatanku terlihat kecil dan asal-asalan, hehe =.= Oh iya, pembuatan bivouac kali ini juga diselingi ambil jatah sekian seri karena kami lelet membuatnya.

Untuk makan malam, menu kali ini adalah sarden, nasi, abon, dan kacang atom, nyam-nyam! :9 Seperti biasa aku kebagian menanak nasi.Anggi memasak sarden, Randi dan Tiar masak air, Fika membuat teh dan menyiapkan perlatan makan. Saat pembagian nasi, seperti biasa aku request sedikit nasi untuk piringku, hehe :P

Oh iya, ada insiden kecil, saudara Randi tidak sengaja menumpahkan sarden. Jadilah kami makan sarden dengan tambahan bumbu-bumbu rumput dan tanah, ahahhaha :D tapi tetep enak kok :')

Makan malam kami yang kedua dan yang terakhir di Medan Operasional 1 ini, seperi biasa kami duduk melingkar, dengan matras sebagai alas duduk karena becek, ditemani cahaya lilin dan gerimis, veldpless, satu gelas teh manis, dan makanan di piring kami masing-masing. Perut sudah keroncongan, setelah berdoa dan menyanyikan lagu syukur kami menyantap makanan kami dengan lahap.

Gerimis tidak kunjung berhenti, kami sudah basah kuyup.Setelah makan malam selesai kami berbaris untuk mengantri cek kesehatan. Alhamdulillah aku kebagian duluan, setelah di tensi dan sedikit konsultasi, kondisiku masih sehat seperti sedia kala :) aku kembali ke bivouac untuk istirahat.

Rencana tinggal rencana, istirahat? Bagaimanalah bisa istirahat kalau bivouac-nya bocor! Tidak hanya bocor, air juga merembes hingga menggenak di matrasku, lengkap sudah! :'(

Setelah melepas pakaian lapangan yang berat dan basah kuyup ini dan menggantinya dengan jaket yang anti air dan celana tidur, aku bersiap untuk salat. Fika dan Anggi udah tewas duluan, males salat ceunah -___-
Jadilah, ini pengalaman salat tersuram aku :’’( Semoga Allah terima ya..
Karena di luar hujan, aku salat di dalam bivouac sambil duduk, di temani cahaya dari headlamp, dengan air menggenang di matras, dan dengan mukena yang basah, aku salat. Setelah itu barulah tidur, atau bisa dibilang tidur-tiduran, hahaa :D

Jaket waterproof ini membantu sekali karena aku tidur sambil becek-becekan. Kakiku menyeramkan sekali waktu itu, keriput dan pucat seperti nenek lampir =.=

Bangun tidur, bibirku bengkak digigit serangga, di samping fika ada cacing tanah, dan ada kodok masuk loncat-loncat di dalem bivouac, ahahaha :D Cuma kejadian di PALAWA! 

Bangun tidur kondisiku gak enak, aku yang biasanya masih bisa senyam-senyum dan cengengesan udah mulai bete, jam 4 pagi, suara peluit sudah menjerit-jerit tiga kali. Belum sempat aku ganti baju olahraga peluit sudah kembali terdengar. Aku berlari ke tengah lapangan dan berbaris, aku dan beberapa siswa lain kena jatah satu seri jongkok-berdiri karena belum ganti pakaian.

Apel pagi kali ini ada yang lucu, hahaaa :D lumayan memperbaiki mood-ku yang dihancurkan bivouac bocor. Dan-Op ku kehabisan suara, suaranya yang udah serak jadi makin serak, mungkin terlalu banyak teriak-teriak.

Seperti biasa, kegiatan pagi itu setelah apel, bongkar bivouacdan masak sarapan. Menu pagi ini paling sederhana, tapi tetep enak soalnya laper, ahahaha :D Nasi, sarden satu kaleng untuk lima orang, sosis tinggal lep, dan mie kering. Selesai binjas kami sarapan bersama.

Setelah itu, dengan carier yang telah di-packing yang  beratnya semakin menjadi-jadi karena membawa baju basah kami dikondisikan menuju tempat peralatan arung jeram. Seperti kemarin kami mengenakan helm dan pelampung lalu saling mengecek peralatan saudara-saudara satu kelompok.

Hari ini, kelompok 4,5, dan 6 yang duluan melakukan pengarungan panjang setelah sebelumnya terlebih dahulu melakukan pengarungan pendek.

Skiper untuk perahu kami seorang lelaki berbehel alumni Jurnalistik FIKOM Unpad, namanya kang Anto. Kang Anto menjadi motivasi untuk aku, bahwa anak jurnalistik masih bisa kok ikut pecinta alam, kang Anto bisa, berarti aku juga bisa! Yeeeay :D

Pengarungan pendek ini rasanya sekejap saja, seru, menantang, dan mendebarkan, tetapi hanya sekeja saja. Tau-tau sudah sampai di dermaga, hehe..

Kami berusaha untuk kompak mendayung dengan menyamakan pendayung paling kanan depan. Saat mendebarkan adalah ketika memasuki jeram besar yang menghantam perahu sehingga lajunya perahu menjadi tidak terkendali, jeram setinggi dua meter masuk ke perahu menghantam wajah-wajah kami, terkadang bagian depan terangkat tinggi hingga pendayung tidak lagi bisa meraih air, terkadang bagian belakang yang terangkat. Perahu oleng ke kanan dan ke kiri, posisi duduk jadi berubah-ubah karena derasnya jeram.

Semuanya terjadi dalam hitungan detik! Tidak peduli seseram apa jeram yang kita lalui, skipper dengan lantang selalu meneriakan “DAYUNG KUAT! DAYUNG KUAT! Tidak ada yang berhenti! Dayung kuat terus!” Kami juga jadi semakin tertantang untuk mendayung lebih kuat lagi.

Setelah itu, kami melakukan pengarungan panjang, kira-kira panjang sungai yang kami tempuh 2 km selama satu jam. Jeram-jeram ber-grade 3 hanya di temui di awal pengarungan, sisanya jeram-jeram sedang hingga arus sungai yang tenang. Ketika berada di arus sungai yang tenang kami mengadakan simulasi jika perahu flip. Semua awak pindah ke kiri, atau over left, dan skipper menebalikan perahu. Byur! Seketika kami sudah berada di air. Aku ternyata sedang kurang beruntung, aku berada di bawah perahu, salahnya aku langsung panik! Hehe :P Yang terfikirkan hanyalah bagaimana ke luar dari bawah perahu, entah akhirnya aku melepaskan dayung yang seharusnya tidak boleh sampai terlepas, setelah menahan napas, hop! Menyelam sedikit dan aku sudah keluar dari bawah perahu. Dayung sudah hanyut sekitar 10 meter, tindakan yang salah!

kami juga memantapkan dayung maju, mundur, kiri balik, dan kanan balik.
"Dayung terus tuan-tuan! datung sampai otot-otot lengan kalian serasa terbakar! hahaa itu yang menandakan stamina kalian naik satu level!" Kata pelatih senior sambil tertawa ringan. hemmm -____-

 Yak! Pengarungan panjang ini adalah acara penutup dari Medan Operasional 1.
Akhirnya, senang sekali bisa merasakan kesenangan berarung jeram di Sungai Citarum. Banyak ilmu dan pengalaman berharga yang aku dapatkan. 

Terimakasih kepada Allah atas anugrah, nikmat, dan kesempatan yang Ia berikan yang tidak ternilai harganya. 

Terimakasih kepada  kedua orang tuaku yang mau mengizinkan, kalian ker kerr kerrrren! :*

Terimakasih kepada PALAWA atas didikan dan ilmu yang sudah diberikan,

dan terimakasih kepada saudara-saudaraku, 33 orang calon anggota muda PALAWA, kalian luar biasa! :D

Alhamdulillah bisa pulang dengan selamat, sehat wal afiat, tidak kurang satu apapun :)

Tunggu catatan perjalananku edisi Medan Operasional 2; Rock Climbing yaaaaaa! :D

You Might Also Like

0 komentar

Instagram