Metroseksual atau Uberseksual?
12/30/2012 12:13:00 PM
Tulisan ini untuk kamu, para pria:
Ada fenomena unik di FIKOM.
Baru aku temui di sini, yang seramai ini. Waktu SMA dulu
memang ada, tetapi di sini jumlahnya banyak dan lebih beragam.
Dunia semakin asing saja untuk ku.
Fenomena pria metroseksual. Fenomena yang baru aku temui
saat kuliah di FIKOM. Pria-pria yang sangat menjaga penampilannya.
Baru kali ini saya melihat seorang pria yang takut tangannya
kotor dan bolak-balik minta hand sanitizer. Pria yang gusar berdiri di tengah
lapangan takut kulitnya hitam terpapar sinar matahari. Pria yang mengganti
model rambutnya tiga kali dalam seminggu. Pria yang takut ikut pecinta alam
dengan alasan “sayang badan”. Pria yang takut basah terkena air hujan dan
tingkah-tingkah unik lainnya.
Maaf, tetapi bukankah itu sangat tidak“pria”.
Menjaga penampilan agar terlihat menarik memang penting,
tetapi mari kita berdoa agar tingkat keinginan mereka menjaga penampilan sama
tingginya dengan tingkat keinginan mereka dalam mencari ilmu, berprestasi, dan
berkontribusi.
Kabar baiknya, di masa yang akan datang nanti, pria-pria
metroseksual akan digantikan dengan pria uberseksual. Pria uberseksual adalah
tipe pria yang menjunjung kepedulian sosial, tenggang rasa, tanggung jawab,
kepemimpinan, berkontribusi, aktif, dan berprestasi. Baju yang ia kenakan
biasa saja, sekedar kemeja, tetapi karismanya terpancar dari dalam diri.
Kata-katanya ditunggu, tidak mengumbar kata-kata manis, tetapi semua wanita
luluh mendengarnya. Memperkaya dirinya dengan pengetahuan, bukan aksesoris. Sikapnya
sangat menghormati wanita, tetapi tidak menjadikannya sebagai teman dekat.
Kalau pria metroseksual adalah gelas kosong yang diberi hiasan, pria
uberseksual adalah gelas yang penuh dengan minuman manis.
Indonesia butuh pria-pria seperti itu, bukan pria yang takut
bedaknya luntur, rambutnya berantakan, atau menangisi kukunya yang tergores.
Sadarkah, pria sejati menunjukan kontribusi dan prestasi, menebarkan manfaat
untuk lingkungan sekitarnya, bahkan negaranya.
Jadi, kamu pilih yang mana, metroseksual atau uberseksual?
Sumber: Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A Fillah.
0 komentar