Jangan Remehkan Guru

7/22/2011 09:52:00 PM

Jangan pernah sekali kali meremehkan profesi guru teman teman! Jangan pernah! Walaupun mereka punya banyak kekurangan, walaupun mereka membuat kita mengantuk, walaupun mereka membuat kita merasa bosan, tapi sebenarnya di lubuk hati mereka yang terdalam ia tidak bermaksud demikian, ia hanya ingin kita mengerti dan mendapatkan ilmu. Ia hanya ingin muridnya dari tidak bisa menjadi bisa, dan dari tidak tahu menjadi tahu.

Profesi guru bukan hanya memiliki ilmu semata, tapi seorang guru harus memiliki ilmu psikologi yang tinggi. Seorang guru harus tahu bagaimna metode yang baik untuk membuat anak muridnya mengerti, harus tahu bagaimana cara mengendalikan semua anak muridnya dengan berbagain kepribadian yang berbeda. Karena percaya atau tidak saya pernah menjadi seorang guru matematika walaupun hanya satu bulan, tapi pengalaman menjadi seorang guru tidak akan pernah saya lupakan.

Semuanya bermula ketika guru ngaji saya Kak Rani biasa saya memanggilnya menawarkan pekerjaan ini untuk bimbel yang baru ia dirikan. Sebuah tawaran menarik mengingat saya waktu itu baru kelas XI, pasti menyenangkan bisa menghasilkan uang sendiri fikir saya waktu itu. Dengan bayaran 50000/pertemuan dan satu pertemuan selama 3 jam akhirnya saya menerima pekerjaan ini. Tugas saya ialah mengajarkan matematika anak kelas 3 sd dan 1 sd. Hmm..sepertinya mudah fikir saya lagi waktu itu.

Pertemuan pertama saya mulai dengan perkenalan, 4 anak kelas 3 sd duduk manis dihadapan saya. Saya ingat mereka kesulitan menyebut nama saya "quotina" atau "quoita" pokoknya nama saya jadi gak karu karuan sebutannya, berulang kali saya ajarkan "Qoo-ni-ta" tapi tetep aja mereka kesulitan. Pelajaran pertama pembagian dan perkalian susun kebawah, ada yang cepet ngitungnya, ada yang lamaaaaa banget, ada yang gak mauu ngerjain sama sekali dan malah mengganggu temannya, dan yang paling parah ada yang selawatan teriak teriak dengan suara cemprengnya yang gak karu-karuan. Dari 4 anak cuma satu yang bener! Astaghfirullah.. baru beberapa menit dimulai dan anak anak itu telah menjelma menjadi monster-monster menakutkan! ya itu yang ada di mata saya. Berulangkali saya menenangkan, tenang sebentar, tapi langsung ribut lagi, kali ini ada yang ngumpetin tempat pensil temennya, ada yang ngumpetin penghapus saya dan gak mau dibalikin! kembali saya peringatkan dan saya nasehati dengan kesabaran ekstra super duper karena hati saya udah gondok mau pecah! "adik adik ingat peraturan diawal tadikan, jangan brisik ya.." dengan senyum semanis mungkin tapi yang terjadi adalah ada satu orang yang malah mengikuti setiap omongan saya dengan gaya yang mirip pula, WHAT the Hell! banget tuh orang, langsung tambah emosi aja, hhhh.. sabar..qoon sabar.. berulangkali juga Kak Rani dateng untuk menenangkan dan itu 3 bocah monster langsung diem gitu seperti kerbau yang dicocok hidungnya. Jam pertamapun selesai, Alhamdulillaaah.. ya Allah..

Selanjutnya saya harus mengajar anak kelas 1 sd, kali ini anaknya pendiam semua Alhamdulillah, tapi saking pendiamnya sampe susaaaah banget disuru menyebutkan namanya, malu malu gak jelas gitu. Materinya adalah bilangan bertingkat kaya 2, 4, 6, 8, 10 , dan operasi penjumlahan dan pengurangan. Saya kasih soal aja di papan tulis kaya 5+3 dan itu ngitungnya lamaaaaaaaaaaaaaaaaa banget sodara sodara, geregetan pengen uyel uyel kepalanya! mayoritas mereka menghitung dengan metode seperti ini. pertama, mereka menghitung dengan tangan kanan satu sampe lima denga jari mereka, kedua, mereka menghitung satu sampe 3 di tang kiri mereka, baru kemudian mereka menghitung ulang dari 1 sampe 8 dengan jari yang sudah mereka acungkan tadi. dan kalo saya kasih soal yang agak susah kaya 5+7 merekapun menggunakan jari kaki mereka! luar biasa proses belajar itu ternyata. Saya ajarkan dengan cara yang lebih cepat tapi mereka tetap menggunakan cara yang pertama tadi. Huuf.. butuh proses emang.

Kekuatan saya ternyata hanya sampai satu bulan, saya kesulitan menghadapi anak kecil, dan kesabaran saya masih harus ditingkatkan lagi. Saya pernah pulang dari mengajar, di rumah teriak teriak menumpah semua kekesalan di tempat les! kaya "AAAAAGGH KESEL KESEL KESEL! GILA BANGET SI TU ORANG! DASAR BOCAH.." dan blablabla lainnya, tinggal umi dan abi menyabarkan dan terus menasehati, "sabar nit emang gitu jadi guru yang enak tuh gak bisa ujuk ujuk langung bisa, harus belajar dulu, ada prosesnya" begitu kata mereka. Tapi hati berkata lain, mungkin kemampuan saya bukan dengan berhadapan dengan orang apalagi anak kecil.

Dari situ saya sadar, bahwa profesi guru itu sangatlah berat, menjadi guru yang menyenangkan itu sangat sulit! dan rasanya ketika menerangkan ada anak murid yang ngobrol itu gak enak, kesel, rasanya ada anak murid yang gak bisa itu sedih, gregetan. Setelah itu saya mulai mencoba untuk lebih menghargai guru. Salut sama guru guru yang pernah saya temui yang bisa menyenangkan dan membuat anak anak mengerti pelajaran mereka! two thumbs up pokoknya buat kalian yang sukses mengajar.

Guru tetaplah guru walaupun beribu ribu anak yang sudah lulus dan menjadi orang sukses. Mereka bisa sukses sekarang karena jasa seorang guru. Para alumni 39 yang udah jadi pengusaha, jadi dokter, insinyur, ilmuwan, designer, semuanya karena guru. Tapi guru tetap menjadi guru, yang selalu mengajarkan dan memberi ilmunya. Terimakasih semua guru guruku :)

You Might Also Like

0 komentar

Instagram