Di Pelatihan ke dua ini, astronomi Jak-Tim ketauan belangnya. Kecewa banget sama kelakuan mereka. Harusnya mereka kasih contoh sama generasi muda. Ajang OSN aja sama di tunggangi untuk mencari keuntungan semata.

Waktu lagi nunggu bel masuk, tau-tau ada petugas dinas gitu masuk terus memberikan pengumuman, "Untuk yang swasta bilangin sama sekolahnya boleh nambah 2 orang lagi untuk mengikuti pelatihan, kalo yang negeri udah bapak emailin kok."

Apa-apaan tu bapak-bapak berseragam palsu! ngomong seenak udel. Mereka kira lolos seleksi ini gak pake perjuangan. Masa tau-tau boleh nambah 2 orang tanpa seleksi. Gak punya fikiran banget. Iya benar, begini jadinya kalo dunia sudah berada dalam hati bukan di tangan.

Kejadian aneh ini juga pernah terjadi waktu pelatihan di puncak. kita di suru tanda tangan buat 6 hari, padahal kita cuma 3 hari. Mereka kasih alasan aneh dan gak masuk akal, tapi kita para peserta cuma bisa nurut perintah mereka.

Tahukah kawan, jika dunia berada di tangan kita, jika suatu saat terlepas, kita bisa dengan mudah melepaskannya. Tapi jika dunia berada dalam hati kita, akan sangat sulit sekali jika kehilangannya. Inilah yang terjadi sama dinas-dinas Jak-Tim, bapak-bapak dengan seragam ijo-ijo sok berwibawa, padahal gak ada auranya sama sekali.

Sistem. Ini masalah sistem di Indonesia yang udah mengakar kuat di dasar bangsa Indonesia sejak zaman VOC!