Pendakian Gunung Papandayan

2/13/2013 05:23:00 PM


Sebelum memulai catatan perjalanan ini, aku ingin bersyukur dulu kepada Allah yang udah baiiiiiik banget, berterimakasih atas nikmat yang Ia berikan selama dua hari itu, 9-10 Februari :)

Pertama nikmat sehat yang Allah berikan baru saat H-12 jam. Tiga hari sebelumnya masih demam dan meriang, besoknya, demamnya hilang tetapi terkena diare. Walaupun aku sudah merasa menjaga kesehatan, Allah punya takdir lain. Aku berjuang untuk bisa sembuh, tetapi hingga tanggal 8 Februari usus masih kunjung tidak mau berdamai. Ikhtiar terakhir, aku mengonsumsi salak sampe mulut pegel-pegel ngunyahnya dan jus jambu. Hingga pukul tiga sore, perutku masih mengeluarkan bunyi tidak normal, udah hopeless banget dan meyiapkan hati jika memang tidak bisa berangkat pasti itu yang terbaik. 

Umi dan kak Afnan sudah meracau dari pagi hari, “Udah, kondisi sakit gitu mah gak usah berangkat, nanti malah nyusahin orang!”
teh Vivin juga sama, “Mungkin bukan sekarang waktu terbaiknya Qoon..”

Antara sebel, kesel, sama sedih sih dengerin mereka :(

berbeda sama teh Ella, “Ayo Qoon! Kamu harus sembuh, lagian kayaknya kamu bisa kok naik dengan kondisi seperti itu.”

Huft..rasanya sebal sekali dengan usus ini yang bertingkah di tanggal 8 Februari. Aku memutuskan jika hingga pukul 6 sore keadaan belum membaik, aku akan membatalkan rencana ini. Pukul 4 sore, perut masih error tapi tingkat ke kamar mandi sudah berkurang, aku dan teh Ella lari sore ke Gor Jati. Triiing…. Pertolongan Allah datang, selama lari perutku normal. Saat itu aku tetapkan jika sedang beraktivitas kondisiku normal, alias sehat-sehat saja. Hahhaa..entahlah dengan kondisi kesehatanku :D Yup! Dan H-12 jam aku resmi ikut ke Papandayan! Yuhhhhuuuuuuu :D


Kedua, dalam acara ini, WAPPALA PR benar-benar memfasilitasi kami dengan baik dan geratis! Aku dan teh Ella tidak mengeluarkan duit sepeserpun :) jadi yang mau mendapatkan informasi mengenai biaya perjalanan, sayang sekali kalian tidak mendapatkannya di tulisan ini, hehe ;p

Ketiga, Allah memberikan malam hari dengan langit bertabur bintang, yang merupakan langit terindah yang pernah aku lihat! Sebuah pemandangan yang tidak terbeli, hanya Allah yang bisa memberikan :))

Keempat, aku, kang Deni, dan kang Zeni dapet banyak banget ilmu fotografi, dari pak Ade sang Fotografer Pro yang, dan ilmu ini aku dapatkan cuma-cuma, ulala~ :D Perlu pembahasan sendiri untuk menceritakan perbincangan kami. Terimakasi Pak Ade :)

See! Allah baiknya gak nanggung-nanggung. Bagaiman seorang Farah Qoonita yang cuma butiran debu di Unpad bisa gabung sama acaranya PR dengan fasilitas super dan geratis ini! Terimakasih ya Allah.. :))

Oke, siap memulai petualangan??
Setelah udah fix ikut, malam harinya aku dan teh Ella packing.Gak seheboh dulu, sekarang kita santai banget, teh Ella udah punya sepatu gunung, aku masih sewa, hihi..  Yup, sekitar satu jam mengumpulkan barang-barang, carier kita udah ready, tersender tegap di dinding kamar. Tidak sabar menunggu esok hari :)

Sekitar pukul 7 pagi aku dan teh Ella udah sampe di cileunyi, menunggu rombongan PR yang akan menjemput kita. Tiba-tiba dua motor, motor trail dan motor gede menghampiri kita. Ternyata pak Asep yang memboncengi teh Rina dan pak Erwin, mereka akan ke Papandayan dengan motor, ckck..bapak-bapak maco!
transportasi PR

Tidak lama kemudian rombongan PR datang, 2 mobil Travelo, 2 mobil Ranger, 1 Jeep, dan 1 kontainer kecil untuk keperluan logistik. Mantap! :D aku dan teh Ella berada di mobil Travelo. Perjalanan ditemani dengan lagu Hijau Daun yang bikin lemes dan laper dan udah ngulang 4 kali! -___-

Rombongan berhenti di Desa Kramat Wangi, Cisurupan untuk mengadakan bakti sosial. Kami berkumpul di masjid, mengeluarkan barang-barang yang akan di infaqkan, dan berbincang sebentar. Pak Dicky mengutarakan maksud rombongan kami dan  mereka mengucakan terimakasih atas bantuan yang diberikan.

Setelah acara bakti sosial selesai, perjalanan dilanjutkan menuju Camp David, tempat parkir sekaligus start awal pendakian. Camp David berada di ketinggian 2100 mdpl, jalan menuju ke sana rusak parah! Setidaknya gunakan mobil minibus, jangan coba gunakan sedan untuk keselamatan mobil anda, hihi.. sistem drainase yang buruk mungkin penyembabnya, bagaimana jalannya tidak rusak, jika air mangalir terus di jalan tersebut, waduuh..

37 menit kami terlonjak-lonjak dalam kendaraan, akhirnya tiba juga di Camp David. Camp ini berupa lapangan luas, barisan warung kecil, musola, toilet dan posko yang dikelilingi barisan gunung-gunung. Tiba di sana, tim logistik sudah bekerja, tenda-tenda sudah didirikan dan sound system sudah disiapkan. Tuh kan..fasilitasnya mantap ;)

Acara dimulai dengan upacara pembukaan, berasa sekolah lagi ada upacara, hihi.. diisi sambutan dari pak Agus sebagai ketua WAPPALA dan bapak pengurus Camp David. Pak Agus berpesan agar kita tidak hanya menikmati alam, tetapi mengingat dan bersyukur kepada yang menciptakan alam :) Siap laksanakan!

Pendakian kali ini tidak seberat di Gunung Guntur, karena sudah mendirikan tenda di camp ini, jadi kita bisa membawa barang-barang yang diperlukan saja. Aku dan te Ella membawa satu carier yang akan dibawa bergantian, kami membawa kamera, makanan, jaket, dan jas hujan yang lain bahkan ada yang hanya membawa tas selempang kecil, udah kaya mau ke warung beli surabi -..-

bet wanadri yang diambil, huuuuuuua :''''''''(
Sebelum muncak, kami melingkar, briefing dan berdoa bersama. 

Oh iya sebelum itu, ada kejadian yang menyebalkan, huuu… :'' Ini soal jaket pinjeman dari kang Cahyo yang ada bet Wanadri di lengan kiri. Emang lagi apes, entah kenapa ada kakek yang ikut rombongan ini yang ternyata orang Wanadri, pas momen! pak Pipin namanya. Mungkin, beliau melihat ada yang tidak balance antara wajah saya dan bet Wanadri -___- akhirnya diambillah bet itu. “Saya tidak mau bet ini memalukan Anda” kata beliau. Haduuh.. maaf banget banget ya kang Cahyo, gak enak banget ini. Huuu :''''''(
berdoa bersama sebelum memulai penanjakan

Show must go on!  Pukul 12.42 Kami memulai penanjakan, aku dan te Ella masih sibuk kasak-kusuk soal bet Wanadri itu. Argh.. sedih kalo inget itu, yaudah kita skip aja bagian bet-betan itu ya.

perjalanan awal, trek masih landai
 Track Papandayan dihiasi oleh tebing-tebing batu yang kokoh menjulang. Jalanan berbatu-pasir. Sekitar 45 menit pertama track relatif landai, kemiringan sekitar 30 derajat. Perjalanan ditemani kepulan asap belerang yang berbau you know what dan suara gemuruh dari kawah. Selanjutnya jalanan mulai menanjak, harus pinter-pinter mengatur pernafasan, yang udah ngos-ngosan. Syukur, medan terjal ini hanya berlangsung 30 menit.Untuk cuacanya sering sekali berubah-ubah, sebentar gerimis, sebentar cerah, labil~ Selalu siapkan jas hujan!

Pemandangan tebing batu yang luar biasa B)

trek yang berbatu
beristirahat diantara asap belerang :)
akhir dari trek terjal, akhirnyaaa :'')

Setelah itu kami sampai di Hutan Mati. 

Hutan mati dalam hitam putih
Sebuah hutan yang dulu terkena lahar dari Gunung Papandayan, yang menyebabkan kondisi mereka seperti sekarang ini, kayu-kayu meringkuk-merekah, berdiri dengan eksotis, ribuan jumlahnya. Subhanallah :D

Puas foto-foto di Hutan Mati, kami melanjutkan perjalanan menuju Pondok Saladah. Perjalanan relatif menurun, Alhamdulillah banget :’)
jembatan dari kayu yang hororr :/
 24 menit kami berjalan dan hamparan rerumputan hijau dan beberapa bunga Edelweiss mulai terlihat
Bunga abadi, jangan dipetik ya! :)

Kabut mulai menyelimuti gunung
Ramai tenda di Pondok Saladah
selanjutnya warna-warni tenda sudah bertebaran di bawah gunung-gunung dan perbukitan yang hijau samar-samar tertutup kabut, itu artinya kami sudah sampai di Pondok Saladah! :D

Briefing dan evaluasi selama penanjakan
Rombongan kami memutuskan berhenti di sini selama 30 menit untuk makan dan beristirahat. Aku, teh Rina, dan teh Ella memutuskan untukberjalan-jalan melihat hamparan edelweiss dan berfoto ria! Ahahahha :D
Qoon dan teh Ella in action! B)

Qoon-teh Ella-teh Rina
berfoto diantara bunga edelweiss
Puas foto-foto kami makan mie instan, lumayan untuk mengisi tenaga yang hilang :9


 Setelah tenaga terisi kembali, kami melanjutkan perjalanan. Baru aku ketahui, ternyata kami tidak melanjutkan ke puncak karena alasan cuaca dan kondisi rombongan. Tak apa lah~ puncak itu cuma bonus, banyak pelajaran berharga dan penting lainnya yang bisa kita ambil, okesip! ;)



Perjalanan pulang diawali jalanan tanah kecil menurun. Hujan membuat jalan menjadi licin, jadi harus ekstra hati-hati kalau gak mau terpeleset. Setelah itu jalan mulai menanjak kembali, hop hop! Semangaaat :D 
Perjalanan pulang ini di dominasi sama gerimis kecil, aku yang tidak berperi-kameraan gak memasukan kamera ke tas, malah lanjut motret, hihihi.. :p

Di perjalanan bertemu dengan rombongan motor trail, wuiihhii.. padahal jalanannya terjal, licin, dan samping kirinya jurang, salut deh sama nyaliya! :)
aku dan teh Ella di depan hamparan lembah hijau :)
kembali ke trek awal, kawah dan bebatuan
Sekitar pukul 16.35 akhirnya kami tiba kembali di Camp David dengan baju yang basah dan perut keroncongan. Pucuk dicinta ulam pun tiba~ tim konsumsi sudah menyiapkan teh manis hangat, nasi liwet dan ayam goreng, alhamdulillah :D

Malam menjelang, karena kondisi langit berawan tebal, sunset hari itu tidak memunculkan warna yang aduhai~ hehe :) Setelah salat maghrib dijamak salat isya, acara selanjutnya sharing dan ceramah dari pak ustad yang juga bagian dari tim WAPPALA ini, tapi maaf saya lupa namanya, hehe..
Pak ustad yang topi biru-putih, pak Pipin yang lagi gaya maco! hahhaa :D

Waktu itu sekitar pukul 8 malam tetapi suhunya sudah menggigit tulang, dingiiin sekalii! Brrrr.. sambil kedinginan kami semua mendengarkan ceramah.

Pak Ustad menyampaikan mengenai tafakur alam, kita harus renungkan bahwa Allah menciptakan alam yang luar biasa indah ini tidak sia-sia belaka, pasti selalu ada maksud dan tujuannya :) Oleh karena itu, kita sebagai manusia harus menjaga dan melestarikan alam. Anak-cucu kita juga harus merasakan sama seperti apa yang kita rasakan saat ini. Beliau juga mengingatkan bahwa ketika kita mati semua akan ditinggalkan, kecuali amal, ilmu yang bermanfaat, dan doa dari anak yang saleh. Jangan sampai helaan nafas terakhir kita dalam keadaan maksiat. Naudzubillah :(

Setelah itu sesi tanya-jawab, lalu dilanjutkan oleh pak Pipin

Pak Pipin ini walaupun terlihat sudah tua, tapi semangatnya masih berapi-api seperti anak muda. Beliau memulai materinya dengan gaya maco seperti di foto itu, mihihi.. Setelah mengenalkan diri, beliau bercerita, 

"Kalian tahu? waktu di atas sana saya kedinginan! menggigil!" dengan intonasi turun naik, bersemangat, 
"Tetapi di Pondok Saladah, bu Yeni menawarkan saya roti. Terakhir kali saya makan di bandung, hanya bubur pada pukul 4 pagi, coba bayangkan! kalau bu Yeni tidak menawarkan roti, mungkin saya sudah pingsan! hipotermia! mungkin saya sudah merepotkan anda semua." Semuanya diam memerhatikan
"Jangan pernah meremehkan pemberian sekecil apapun di alam terbuka ini" Beliau berpesan.
Kemudian tiba-tiba beliau berteriak, "APONIAN UGABA! APONIAN UGABA!"
Artinya 'Apa yang Anda cari!' Apa yang Anda cari untuk datang ke tempat ini? apakah ingin menjadi tinggi hati atau malah menjadikan rendah hati.. :))
Cerita dari pak Pipin ini menutup acara sharing cerita, selanjutnya lingkaran di terpal ini pindah mengellilingi api unggun. YUHHUUUU... Akhirnya kehangataaan :'')

Speaker mulai berdegup-degup kencang, setelah acara pengajian ini mereka dangdutan, hemmm -___- beberapa oranga yang lain menyiapkan kambing guling, untuk makanan malam ini, nyummy :9
Aku yang males dangdutan, joget-joget bareng, memilih untuk mengabadikan langit malam saja, yang waktu itu indaaaaaaaaaaaah sekali! Subhanallah :D

Puas motret dari tengah lapangan, aku ingin memotret bintang dari bawah menara, tetapi letaknya harus agak masuk ke hutan, jadi mikir dua kali mau ke sana sendirian :''o Akhirnya aku duduk aja menonton babeh-babeh dan ibu-ibu joget, lagi duduk ada yang manggil, setelah kenalan ternyata namanya kang Zeni.
"teh boleh pinjem tripodnya?"
"Oh boleh, tapi satu penyangganya patah, tapi masih bisa dipake kok!"
"Kita mau motret bintang, ayo kalo mau ikut!"

Huaaaaa! seneng banget bisa ketemu orang yang menjadikan bintang sebagai objek fotonya! :D Kang Zeni motret sama kang Deni, mereka udah menggunakan kabel shutter release dan memilih shutter speed selama 2 menit.

Kita bertiga yang langsung kompak ngobrol bertiga, sepertinya mengundang perhatian pak Sam Ade sang Fotografer Pro. Beliau baik banget, langsung berbagi ilmu tentang dunia per fotografian. Kita berempat jadi ngobrol-ngbrol dan gak jadi motret bintang. Aku, kang Zeni, dan kang Deni beberapa kali menyela untuk bertanya, tetapi keseringan ber-ooooh ria, hihii..

Gak kerasa udah pukul 1.30, tinggal beberapa aja yang masih nyanyi sambil main gitar, yang lain udah masuk tenda. Baru aku sadari aku satu-satunya perempuan yang masih melek jam segitu. Karena udah ngantuk aku izin balik ke tenda duluan. 

Perjalanan balik ke tenda, liat langit, ternyata bintangnya banyaaaaaaaak banget! Subhanallah..subhanallah.. :) ngantuk langsung hilang dan mau motret bintang dari bawah menara. Aku masuk tenda, mau banget minta temenin teh Ella sama teh Rina tapi gak enak bangunin mereka. Kalo Dian mah pasti langsung aku bangunin ajah, ahahaha :p

Galau banget! bangunin-enggak-bangunin-enggak... waaah pokoknya bingung :(( Akhirnya aku memilih tidur, walaupun mata tidak mau terpejam, teringat terus langit penuh bintang itu yang jarang sekali aku temukan.
grasak-grusuk.. Gotcha! Teh Ella bangun! HUYEEEEEE.... :D
aku langsung minta temenin dan teh Ella mau! kisss :* setelah bangunin teh Rina juga, kita meninggalkan tenda.

Lokasi pemotretan bintang ini di bawah menara, pemandangannya gunung dan kawah dengan langit bertabur bintang. Kerennya lagi lokasi pemotretan ini bebas cahaya, jadi makin keren aja tuh langit! Aku sampai melihat meteor 5 kali! senangnyaaaaa :)) Subhanallaaaah.. terimakasih ya Allah melukiskan ku langit seperti itu :"""")

Puas motret, kami bertiga gak bisa tidur karena di tenda duingin baget! kami memilih ke api unggun lagi dan ternyata kang Zeni-Deni dan pak Ade masih betah ngobrol, ckckckc... aku jadi gabung lagi sama mereka, hehe :))

Menunggu subuh, kami bernyanyi sambil bermain gitar, kecrekan, dan tam-tam mengelilingi api unggun.  

Subuh akhirnya tiba juga, setelah salat aku-teh Ella-teh Rina tidur sebentar. Setelah itu memotret sunrise! :))
Ini menara tempat kami memotret
Setelah itu kami sarapan kacang hijau dan roti lalu berkumpul di lapangan untuk senam bersama! yeah B)

Yap! dan selesailah sudah acara Penanjakan Gunung Papandayan bersama WAPPALA PR! :D

Foto bersama sebelum pulang :)

You Might Also Like

0 komentar

Instagram