“Agama mematikan potensi saya teh!”
Agama justru berperan melindungi seseorang. Islam tidak pernah mematikan potensi. Kehadirannya justru melindungi. Hikmah memang tidak terungkap di awal pagi. Tapi yakin lah, akan ada jawaban luar biasa nanti yang pasti kamu syukuri.
Ujar seorang perempuan berkerudung panjang di depanku. Ia
tidak terima hobi parkur dan modern dance-nya harus terhenti karena ia berhijab. Hatiku tersentak, pilihan diksi yang
menarik adik kecil, “mematikan”. Begitu keras dan berbahaya.
Tahukah?
Adik perempuan itu mengingatkanku pada kondisi dua tahun
yang lalu. Aku persis punya pikiran yang sama seperti adik itu.
Aku pun persis punya hobi yang banyak bergesekan dengan
nilai-nilai Islam.
Apalagi kalau bukan “Naik Gunung”
Hobi ini luar biasa baget pengaruhnya buatku. H-10 hari
sebelum berpetualang aja udah bisa senyum-senyum sendiri saking bahagianya. Hobi
ini mampu menggerakkan aku setiap pagi untuk lari, sit up, plank, latihan fisik.
Hobi ini juga bisa menggerakan aku untuk cari duit. Bahkan H+10 naik gunung aku
juga masih heppi. Lagi edit foto atau edit video dokumenter perjalanan.
Pokoknya super duper bahagia kalau sudah berkegiatan di
gunung. Namun, ternyata kegiatan menyenangkan itu terpaksa aku kurangi dengan
sangat drastis intensitasnya.
Dulu aku muak sekali dengan aturan-aturan yang harus aku
patuhi.
Tidak boleh bercampur baur dengan lawan jenis.
Harus pergi dengan mahramnya.
Tim perjalanan harus jelas, harus diselediki dulu asal
muasalnya.
Tidak boleh ini. Tidak boleh itu. Harus begini. Harus
begitu.
Aaaaaaakkk!! Keseeeel!
Lalu muncul pikiran-pikiran: “Apaan si ni kenapa banyak
banget aturannya. Aku kan cuma pengen naik gunung. Lagian di gunung kan kita
bisa melihat kebesaran Allah, bertafakur alam, lalala..” Dan banyak lagi
segudang keluh kesah dan pembenaran-pembenaran karena kegiatan super
menyenangkan ini harus dihentikan.
Inikah yang dinamakan “Agama mematikan potensi saya”?
Mungkin teman-teman juga merasakan hal yang serupa? Teman-teman
dilarang apa? Bernyanyi? Menari?
Bukankah bakat juga dari Allah? Kenapa Allah juga turunkan
aturan-aturan yang melarang tumbuhnya bakat tersebut?
Tunggu, tunggu dulu teman teman..
Ada yang harus diluruskan di sini.
Tidak pernah ada yang namanya “Agama mematikan” potensi seseorang.
Catat baik-baik!
Catat baik-baik!
Agama justru berperan melindungi seseorang. Islam tidak pernah mematikan potensi. Kehadirannya justru melindungi. Hikmah memang tidak terungkap di awal pagi. Tapi yakin lah, akan ada jawaban luar biasa nanti yang pasti kamu syukuri.
Yakinlah!
Dulu tidak pernah ada impian menjadi desainer grafis
profesional. Urusan seni itu hanya sampingan. Dulu cita-citaku adalah menjadi “Rover
Journalist”. Apa pula ini qoon? -_-
Haha.. Rover journalist adalah jurnalis petualang. Jurnalis
yang bagian liputannya harus ke gunung, hutan, daerah konflik, peperangan,
palestina, suriah, berada di bawah desingan peluru, di antara dentuman bom, dan
segudang tantangan lainnya.
Tapi mimpi ini harus terhenti karena aturan-aturan yang
harus diikuti saat aku mantap berada di jalan yang Surga jadi tujuannya.
Aku telan pil pahit itu.
Rasanya menyedihkan melihat kerir Jack Wolf Skin 65 lt kesayanganku
hanya terpajang di kamar. Rasanya menyedihkan melihat deretan destinasi gunung
yang sudah aku rencanakan tak kunjung dicoret tanda belum terlaksana. Betapa
aku merindukan petualangan!
Tapi, aku percaya rencana Allah pasti lebih indah.
Siapa sangka? Cara pandangku perlahan berubah. Aku menemukan
potensi lain dari dalam diriku. Lihat? Betapa mudah bagi Allah
membolak-balikkan hati. Cita-citaku perlahan bergeser.
Kevakuman naik gunung membuat aku mengalihkan hobi ke arah
desain grafis dan animasi. Lalu terbentuklah Kanan Studio. Lalu berubahlah
sudah cita-cita yang semula Rover Journalist menjadi Professional Graphic
Designer.
Naik gunung?
Tetep suka, tetep ingin. Tapi dipending dulu, bentar aja
kok, sekitar setahun atau dua tahun lagi, hehehe..
Dan yang paling penting aku menemukan hikmah yang sangat
luar biasa, dari mengikuti perintah dan aturan-aturan Allah.
Aku merasa menjadi pribadi yang lebih baik.
Gagalnya aku menjadi anggota PALAWA membuat aku sangat aktif
di Biro Kerohanian Islam Fikom Unpad. Organisasi kesayangan ini membuat aku
semakin mengenal Islam, semakin mendekatkan aku pada Allah. Bahkan aku memiliki
adik mentor. Dulu aku paling anti ngementor, dengan alasan merasa belum pantas.
Hikmah lain, aku jadi mandiri secara finansial. Qoonit yang
semula “menghabiskan” uang menjadi “menghasilkan” uang. Umi dan Abi sepertinya
juga lebih bahagia dengan Qoonit yang sekarang. Rido Allah ada pada rido orang
tua bukan?
Luar biasa kalau hikmah sudah terungkap?
Lihat?
Agama tidak pernah mematikan potensi seseorang.
Betapa logika kita begitu dangkal teman-teman. Allah lah
Sang Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Setelah Allah berikan tak
terhingga nikmati setiap harinya, masihkah kita berprasanngka buruk kepada-Nya?
Bahkan kepada manusia saja, kita harus menghadirkan 70 alasan
dulu, sebelum akhirnya boleh berprasangka buruk. Lalu, secepat itu kah kau
berkata “Agama mematikan potensi saya”?
Secepat itu kah kamu berprasangka buruk kalau Allah hendak mematikan
potensi hambanya?
Yakinlah!
Allah hanya ingin melindungi hambanya.
Semua aturan-aturan itu, semua pedoman itu, Al-Quran dan
Hadits, semata-mata diturunkan Allah untuk menuntun manusia mendapatkan
kebahagiaan abadi.
Sepakat?
Jadi selamat menemukan hikmah-hikmah luar biasa!
Selamat melejitkan potensimu! Selamat bersinar dengan sinar cinta-Nya!