Perjalanan dan Pelajaran

10/30/2014 04:00:00 AM

Banyak hal yang bisa kamu ambil dari sebuah perjalanan. Sayang kalu hanya tertidur, kamu akan melewatkan banyak hal.


Saat di jalan, kamu akan temui berbagai fenomena, dari berbagai tempat yang terus bergerak. Kamu akan lihat ribuan cerita yang membuatmu mensyukuri hidup. 

Perjalananku kali ini sederhana saja. Hanya naik Damri dari Jatinangor menuju Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Ribuan wajah, ribuah kisan menjadi tontonanku dari dalam bus. Kaca jendela Damri bagaikan televisi yang berisi tanyangan nyata ribuan kisah silih berganti.

Kamu akan sadari bahwa hidupmu bukan hanya tentang dirimu sendiri. Waktu itu sore hari, naik damri seorang diri membuatku belajar memahami. 

Kata orang jalanan itu keras.

Sore hari yang padat dan sibuk. Sore berganti malam. Lampu-lampu kendaraan dan jalanan berpadu menciptakan pencahayaan yang apik. Ah, romantisme jalan raya..

Mobil dan motor ramai memadati jalan. Di antaranya ada anak-anak kecil, remaja, hingga dewasa berlalu-lalang. Aku lihat seorang anak perempuan berumur tujuh tahun. Tubuh mungilnya kontras jika harus berkeliaran di antara kendaraan-kendaraan besar. Apa yang kamu lakukan malam-malam begini? kamu harusnya kerjakan prmu, makan malam, atau tidur batinku dalam hati. 

Hey, bahkan anak itu memakai rompi bertuliskan nama sebuah media. Rompi yang memang didesain untuk orang dewasa, menutupi hingga lutut anak perempuan itu. Itu artinya ia benar-benar direkrut untuk bekerja. Apa-apaan ini! pelanggaran yang jelas-jelas nyata, tak adakah yang melindunginya? Batinku meringis. Waktu aku seumurannya yang aku tahu hanya bermain, menggambar, dan menonton.

Masih pantaskah untuk mengeluh? masih pantaskah untuk tidak bersyukur?

Damri bergerak perlahan di antara kemacetan. Kali ini gadis remaja yang melumuri seluruh badannya dengan cat perak. Sebagai patung metalik, seluruh tubuhnya jelas terbentuk. Berpose membeku di tengah jalan. Beberapa orang yang lewat melemparkan lembaran rupiah untuknya. Bagaimana sekolahmu? tidak ada tugas untuk besok? Apakah tidak ada pekerjaan lain yang lebih menghargaimu? berapa uang yang kau dapat? bantinku lagi. Aku terka, gadis itu masih SMA. Bukankah itu amat melelahkan? Waktu aku SMA tak pernah terpikir untuk mencari uang. Lelahku untuk belajar bukan bekerja. Apalagi menjadi patung malam-malam begini. 

Masih pantaskah mengeluh? masih pantaskah untuk tidak bersyukur?

Damri kembali melaju. Wajah-wajah baru, cerita baru, kembali bermunculan di layar kaca realita ini. Ada seorang kakek dengan pakaian compang camping yang duduk di trotoar, seorang bapak yang mendorong gerobak cireng, dan banyak lagi kisah-kisah mewarnai perjalananku.

Bagi Allah mudah sekali untuk menempatkan aku di posisi mereka. Namun, nyatanya aku duduk di sini. Melihat mereka sambil sesekali membalas notifikasi Line teman-teman yang sedang menuju RSHS. Al-Quran, Kompas, dan Good day menemani perjalananku hari itu. 

Dari perjalanan aku belajar banyak hal.

Damri berhenti di DU. Setelah naik angkot, aku sampai juga di RSHS.

Kisah-kisah pilu kembali bermunculan, tepat saat langkah pertamaku memasuki RSHS. Pemandangan orang tua dan anak tidur beralaskan tikar di lorong RSHS, menunggu sanak saudaranya yang tengah dirawat, ramai aku temukan. Wajah-wajah cemas penuh harap. Aku tak tahu bagaimana kondisi keuangan kalian. Semoga saudara kalian yang sakit cepat disembuhkan, semoga rezeki kalian Allah luaskan doaku dalam hati sambil terus berjalan menuju tempat tujuan. 

Baru saja aku melewati UGD dengan kesibukannya yang tidak berhenti. Seorang satpam dan seorang pria yang membawa selang infus sedang mendorong ibu yang terduduk lemah di kursi roda. Selanjutnya pemandangan yang serupa ramai aku temui. Aku lewati sebuah lorong panjang, di kanan-kirinya terdapat nama-nama ruangan dari berbagai jenis pengobatan yang berbeda. Ada yang khusus menangani jantung, mata, saraf, persalinan, tulang, dan banyak lagi. Betapa banyak enyakit, betapa banyak pasien yang harus diobati.

Hatiku kembali pilu.

Di antara tubuh-tubuh yang lemah, aku di sini berjalan dengan tegap dan cepat. Tadi pagi masih sempat berlari memutari Unpad. Nikmat sehat masih bertabur-tabur untukku. Alhamdulillah

Masih pantaskah mengeluh? Masih pantaskah untuk tidak bersyukur?

Langkahku semakin cepat, aku jumpai dari kejauhan sebuah masjid kecil, tetapi indah, ialah As-Syifa.


Di sana kutemui sebuah lingkaran. Perempuan-perempuan berwajah teduh dan berhati lembut sedang membaca Al-Quran. Lalu berbagi dan mengingatkan dalam kebaikan.

Ah, nikmat mana lagi yang kau dustakan? :''')

You Might Also Like

0 komentar

Instagram